Mengenal Lupus, Penyakit Autoimun yang Mayoritas Dialami Wanita Muda

CNN Indonesia
Selasa, 21 Des 2021 06:50 WIB
Berjuluk 'seribu wajah', Lupus memang penyakit yang tidak bisa langsung dikenali. Berikut penjelasan dokter mengenai penyakit Lupus.
Berjuluk 'seribu wajah', Lupus memang penyakit yang tidak bisa langsung dikenali. Berikut penjelasan dokter mengenai penyakit Lupus. (iStockphoto/Srisakorn)

Jika dikelompokkan berdasarkan derajat keparahan, Lupus bisa dibagi menjadi tiga yakni ringan, sedang dan berat.

"Yang ringan paling kulit ada rash (butterfly rash), sendi, cepat merasa lelah. Kalau yang sedang, mulai banyak mengalami nyeri sendi, organnya kena, radang selaput paru, trombosit turun tapi belum mengancam nyawa. Yang berat, itu sudah mengancam nyawa seperti kejang, trombosit tinggal 5.000," jelasnya.

Karena penyakit tidak menyerang organ secara spesifik, penanganannya pun akan melibatkan dokter dari berbagai disiplin termasuk dokter umum yang pertama kali ditemui pasien, baru kemudian diarahkan ke dokter spesialis penyakit dalam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari sini akan menyesuaikan gejala atau manifestasi penyakit seperti dokter spesialis penyakit dalam konsultan reumatologi, konsultan alergi-imunologi, nefrologi dan dokter spesialis lain yang berkaitan.

Seperti apa tata laksana pengobatan penyakit Lupus?

Singgih berkata berdasar rekomendasi Perhimpunan Reumatologi Indonesia, pengelolaan pasien Lupus terdiri dari edukasi, rehabilitasi dan terapi (farmakologi dan nonfarmakologi).

Edukasi dan tata laksana non-farmakologi

1. Istirahat fisik yang cukup, tapi masih melakukan latihan fisik sesuai kondisi.

2. Ikhlas akan kondisi yang dialami dan meregulasi stres.

3. Menghindari paparan sinar matahari langsung.

4. Dukungan dari orang terdekat termasuk komunitas autoimun maupun komunitas Lupus.

5. Pengenalan tanda-tanda kekambuhan misal demam, penurunan berat badan, ruam baru, kerontokan rambut tambah parah, nyeri, sendi bengkak dan lesi oral baru.

6. Asupan nutrisi yang seimbang.

Tata laksana farmakologi

Terapi pengobatan akan berbeda pada tiap pasien. Namun dokter mengusahakan obat diberikan pada dosis serendah mungkin dan dalam jangka waktu sependek mungkin. Ini dilakukan demi menghindari risiko efek samping.

- Obat antiinflamasi non steroid (OAINS), natrium diklofenak, meloksikam dll. (ditanggung BPJS).
- Obat antimalaria, Hidrosis Klorokuin (ditanggung BPJS).
- Kortikosteroid seperti, prednison, prednisolon, metilprednisolon (ditanggung BPJS).
- Obat penekan sistem imun (imunosupresan) seperti, azathioprine, siklosporin, MMF, MPA, siklofosfamid dll. (sebagian besar hanya ada di RS tipe A dan ditanggung BPJS)
- Obat biologis misal, rituximab, belimumab (tidak ditanggung BPJS).

Pengobatan Lupus tidak bertujuan agar pasien mencapai kondisi stabil atau remisi (lupus low disease activity state). Artinya, penyakit bisa sembuh tapi bisa kambuh.

Bagaimana nasib para odapus yang terpapar Covid-19?

Singgih menyebut pengobatan odapus maupun pasien penyakit autoimun yang terinfeksi Covid-19 kemungkinan tidak optimal, terlebih terdapat obat yang berfungsi menekan sistem imun.

Sangat penting pasien berkonsultasi pada dokter yang menangani saat curiga terinfeksi Covid-19 maupun yang terkonfirmasi positif Covid-19.

Setelah sembuh dari Covid-19 pun pasien masih perlu waspada akan Long Covid. Pada pasien non-autoimmune disease, Long Covid memang memberikan beban terlebih pada pasien dengan penyakit autoimun.

"Long Covid ini menambah beban ya. Gejalanya bisa mudah lelah, kelemahan otot, nyeri sendi, batuk berkepanjangan, sesak, gelisah, depresi, gangguan tidur, sakit kepala, berdebar, nyeri dada, sumbatan pada pembuluh darah, gangguan ginjal dan rambut rontok. Orang sehat saja bisa kena, apalagi autoimun," kata Singgih.

(els/agn)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER