Cara Deteksi Dini dan Diagnosis Kanker Prostat

CNN Indonesia
Senin, 20 Des 2021 09:10 WIB
Deteksi dini kanker prostat penting untuk peluang kesembuhan yang lebih tinggi. Berikut cara deteksi dini dan diagnosis kanker prostat.
Deteksi dini kanker prostat penting untuk peluang kesembuhan yang lebih tinggi. Berikut cara deteksi dini dan diagnosis kanker prostat.(Foto: iStockphoto)

Hery menyebut deteksi dini kanker prostat sebaiknya dilakukan di usia 50 tahun ke atas.Penelitian menyebut risiko kanker prostat meningkat pesat di atas usia 50 tahun. Deteksi lebih awal atau sebelum usia 50 tahun (40-45 tahun) jika memiliki faktor risiko seperti riwayat keluarga dengan kanker prostat dan menemukan gejala-gejala kanker prostat

Gejala-gejala kanker prostat meliputi, sering kencing, aliran kencing lemah atau tersendat, darah pada air mani, kencing harus mengejan, darah pada urine, rasa sakit atau sensasi terbakar saat kencing, terasa ingin kencing di tengah malam, dan masalah disfungsi ereksi.

"Deteksi dini penting sekali. Peluang survivalnya beda sekali yang stadium awal dan stadium lanjut. Early detection, survivalnya lebih baik," ucap Hery.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Deteksi dini bisa dilakukan dengan melakukan pemeriksaan PSA ke laboratorium atau medical check up. Biasanya paket medical check up sudah meliputi deteksi kanker prostat.

"Ceknya PSA. Itu enggak susah kok, bisa dilakukan di manapun, medical check up ada paket PSA. Kanker prostat stadium awal biasanya tidak ada gejala dan orang cenderung enggak merasa perlu ke dokter. Ingat, kadang kalau sudah bergejala biasanya sudah stadium akhir," kata Hery.

Seperti apa diagnosis kanker prostat?

Rangkaian diagnosis bisa terbagi menjadi dua yakni, prediktif yang terdiri dari anamnesis (wawancara riwayat penyakit), colok dubur (cek prostat jika ada benjolan atau tekstur keras) dan pemeriksaan Prostate Specific Antigen (PSA), kemudian konfirmasi dengan biopsi prostat (transrectal dan transperineal) dan pencitraan (termasuk CT, MRI juga Bone scan).

Pada tahap konfirmasi atau menentukan seseorang terkena kanker prostat atau tidak, dilakukan biopsi. Hery menjelaskan prosedur ini digunakan oleh ahli urologi untuk mengambil sampel jaringan dari kelenjar prostat. Biopsi standart meliputi transrectal (via anus) dan transperineal (via perineum).

"Akan tetapi transrectal ini ada kelemahan, kemungkinan 30 persen false negative, artinya kalau hasil negatif belum tentu enggak ada kanker. Lalu ada 3-5 persen infection rate yang bisa berakibat sepsis. Biopsi standar seperti ini cancer detection rate-nya berkisar 50-80 persen," tutur Hery.

Saat ini, hadir teknologi biopsi yang lebih canggih dan lebih sensitif lewat Robotic MRI Ultrasound Fusion-Guided Targeted Biopsy. Hery menuturkan, dengan alat ini pengambilan sampel bisa lebih presisi sehingga memberikan nilai diagnostik lebih tinggi.

Dengan Robotic MRI-US Fusion, akan lebih terlihat beda jaringan prostat normal dan jaringan abnormal, lalu terdapat pemetaan gambaran real time sehingga biopsi lebih terarah. Di samping itu, cancer detection rate bisa meningkat 30 persen dari prosedur biopsi standar. Kemudian ini bisa menurunkan diagnosis kasus insignifikan (low risk) sampai 89,4 persen.

"Teknologi biopsinya memang canggih, tetapi tidak mengubah indikasi untuk deteksi dini. Ini membantu kita melakukan diagnostik lebih baik, memberikan detection rate lebih tinggi," kata Hery.

(els/ptj)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER