Jakarta, CNN Indonesia --
Kasus Covid-19 varian Omicron di Indonesia telah mencapai 152 per Senin (3/1) kemarin, bertambah 16 kasus dari beberapa hari sebelumnya. Berikut empat perbedaan Omicron dengan varian Covid-19 lain.
Dari total kasus tersebut, enam di antaranya berasal dari transmisi lokal, sementara sebagian besar sisanya dibawa dari luar negeri atau imported case.
Epidemiolog, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (UNAIR)Laura Navika Yamani mengatakan, terdapat empat karakteristik Covid-19 varian Omicron yang membedakan dengan varian lainnya. Apa saja?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut empat karakteristik Covid-19 varian Omicron yang berbeda dari varian lain.
1. Daya tular Omicron lebih meningkat daripada Delta
Laura mengungkapkan sejak varian Omicron pertama kali ditemukan di Afrika Selatan, dalam kurun waktu satu minggu saja kasus Covid-19 di sana mengalami peningkatan sebanyak dua hingga tiga kali lipat.
Hal tersebut yang menjadi dasar bahwa varian Omicron perlu diwaspadai karena daya tularnya lima kali lebih cepat apabila dibandingkan dengan varian delta sebelumnya.
"Covid-19 varian delta daya tularnya tujuh kali lebih cepat apabila dibandingkan dengan virus yang pertama kali muncul di Wuhan, sedangkan Omicron lima kali lebih cepat apabila dibandingkan dengan varian Delta," kata Laura dalam siaran pers yang diterima CNNIndonesia.com, Senin (3/1).
"Jadi bisa dibayangkan bagaimana berbahayanya varian Omicron ini."
2. Tingkat keparahan lebih rendah
Meski menular lebih cepat, Laura mengatakan bahwa varian Omicron memiliki tingkat keparahan yang lebih rendah jika dibandingkan dengan varian Delta.
Namun, menurutnya, yang perlu digaris bawahi adalah ketika varian Omicron memiliki daya tular yang lebih cepat dan tidak ada langkah antisipasi lebih awal sehingga banyak orang yang terinfeksi, maka akan berisiko terjadi penularan yang lebih luas.
"Apabila tidak dibendung maka kasusnya akan semakin banyak dan mungkin bisa menyebabkan fasilitas kesehatan overload. Ketika fasilitas kesehatan penuh, maka penanganan pasien bisa terlambat sehingga keparahan penyakit pasien meningkat atau bahkan bisa menyebabkan kematian," ujarnya.
Simak perbedaan Omicron dengan varian Covid-19 lainnya di halaman berikut.
3. Deteksi varian Omicron gunakan PCR-SGTF
Lebih lanjut, Laura menjelaskan bahwa sebelumnya jika ingin mengetahui seseorang tertular virus Covid-19 varian yang mana maka harus menggunakan tes dengan metode Whole Genome Sequencing (WGS).
Namun untuk saat ini, jika ingin mengetahui apakah seseorang terinfeksi virus Covid-19 varian omicron maka harus menggunakan tes Polymerase Chain Reaction (PCR) dengan S Gene Target Failure (SGTF).
"Jadi memang pemerintah telah menyiapkan metode tes terbaru yakni menggunakan PCR-SGTF agar deteksi kasus Covid-19 varian omicron bisa dilaksanakan dengan cepat," tuturnya.
4. Efektivitas vaksin Covid-19 menurun untuk lawan Omicron
Ketika muncul varian baru dari virus Covid-19, terdapat kekhawatiran bahwa varian tersebut dapat melarikan diri dari antibodi yang telah terbentuk dari vaksin.
Menurut penuturan Laura, maksud dari melarikan diri tersebut dapat diartikan bahwa antibodi yang ada di dalam tubuh tidak bisa mengenali virus Covid-19 yang masuk.
Kenyataannya, vaksin Covid-19 yang diberikan masih bisa melawan varian omicron. Namun, dari hasil investigasi ditemukan bahwa terdapat penurunan efektivitas vaksin Covid-19.
"Pada varian virus Covid-19 yang muncul pertama kali di Wuhan, vaksin Covid-19 memiliki efektivitas hingga 95 persen, tapi untuk melawan varian Omicron ini efektivitas vaksin Covid-19 menurun dan hanya sebesar 50 persen. Peneliti masih terus melakukan investigas terkait hal ini," ungkap Laura.
Tetap terapkan 3M dan lakukan vaksinasi Covid-19
Laura kemudian mengimbau kepada masyarakat agar tetap menerapkan 3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak) secara ketat.
Menurutnya, salah satu upaya untuk melawan varian apapun dari virus Covid-19 yakni dengan menerapkan 3M tersebut.
Selain itu, masyarakat juga dihimbau untuk melakukan vaksinasi karena hingga saat ini vaksin Covid-19 masih efektif untuk melawan virus Covid-19 yang masuk ke dalam tubuh.
Kalau tidak divaksin, kata Laura, maka varian apapun bisa menyebabkan kematian.