Lebih lanjut, Laura menjelaskan bahwa sebelumnya jika ingin mengetahui seseorang tertular virus Covid-19 varian yang mana maka harus menggunakan tes dengan metode Whole Genome Sequencing (WGS).
Namun untuk saat ini, jika ingin mengetahui apakah seseorang terinfeksi virus Covid-19 varian omicron maka harus menggunakan tes Polymerase Chain Reaction (PCR) dengan S Gene Target Failure (SGTF).
"Jadi memang pemerintah telah menyiapkan metode tes terbaru yakni menggunakan PCR-SGTF agar deteksi kasus Covid-19 varian omicron bisa dilaksanakan dengan cepat," tuturnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika muncul varian baru dari virus Covid-19, terdapat kekhawatiran bahwa varian tersebut dapat melarikan diri dari antibodi yang telah terbentuk dari vaksin.
Menurut penuturan Laura, maksud dari melarikan diri tersebut dapat diartikan bahwa antibodi yang ada di dalam tubuh tidak bisa mengenali virus Covid-19 yang masuk.
Kenyataannya, vaksin Covid-19 yang diberikan masih bisa melawan varian omicron. Namun, dari hasil investigasi ditemukan bahwa terdapat penurunan efektivitas vaksin Covid-19.
"Pada varian virus Covid-19 yang muncul pertama kali di Wuhan, vaksin Covid-19 memiliki efektivitas hingga 95 persen, tapi untuk melawan varian Omicron ini efektivitas vaksin Covid-19 menurun dan hanya sebesar 50 persen. Peneliti masih terus melakukan investigas terkait hal ini," ungkap Laura.
Laura kemudian mengimbau kepada masyarakat agar tetap menerapkan 3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak) secara ketat.
Menurutnya, salah satu upaya untuk melawan varian apapun dari virus Covid-19 yakni dengan menerapkan 3M tersebut.
Selain itu, masyarakat juga dihimbau untuk melakukan vaksinasi karena hingga saat ini vaksin Covid-19 masih efektif untuk melawan virus Covid-19 yang masuk ke dalam tubuh.
Kalau tidak divaksin, kata Laura, maka varian apapun bisa menyebabkan kematian.
(agn)