Penjelasan Dokter soal Super Immunity Covid-19
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengklaim ada kemungkinan Indonesia mengalami super-immunity lantaran banyak yang telah terinfeksi dan divaksinasi Covid-19.
"Kami melihat bahwa ada masyarakat yang terinfeksi pada saat varian Delta yang lalu, tapi kemudian juga mendapat vaksinasi. Jadi apa yg disebut sebagai super-immunity itu, itu mungkin yang terjadi," kata Nadia dalam konferensi pers yang disiarkan melalui kanal YouTube BNPB Indonesia, Kamis (30/12).
Berikut penjelasan dokter soal super immunity atau kekebalan super.
Dokter di Rumah Sakit Tria Dipa yang juga Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Tjandra Yoga Aditama mengatakan, super immunity dikenal dengan istilah hybrid immunity.
Menurut penjelasannya, ini adalah imunitas yang tumbuh dengan lebih baik pada tubuh seseorang atau individu yang pernah terpapar Covid-19 dan menerima vaksinasi.
"Saat orang terpapar Covid-19 dan sembuh maka akan terbentuk antibodi secara alami tanpa harus disuntik vaksin," kata Tjandra saat dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat (7/1).
Dia menambahkan, "Kemudian saat orang yang sudah memiliki antibodi alamiah ini disuntik vaksin, maka imunitas yang ada di tubuhnya akan terbentuk lebih baik dan lebih kuat."
Kondisi itu yang kemudian membuat seseorang memiliki super immunity atau kekebalan super.
Lebih lanjut, Tjandra mengungkapkan, serum pada darah orang yang pernah terpapar Covid-19 lalu mendapat vaksinasi juga memiliki kemampuan lebih baik untuk menetralisasi beberapa varian lainnya jika dibandingkan dengan mereka yang sudah divaksin tapi belum pernah terpapar Covid-19.
Vaksin booster ciptakan kemampuan yang sama
Tak hanya pada yang telah terinfeksi Covid-19, melakukan booster atau suntik dosis ketiga vaksin disampaikan juga bisa membentuk super immunity dalam tubuh.
Menurut Tjandra, meskipun belum pernah terpapar Covid-19 ketika seseorang menerima booster maka super immunity bisa langsung terbentuk.
Dia kemudian menekankan bahwa super immunity atau kekebalan super yang ada dalam tubuh seseorang tidak kemudian menjamin bahwa orang itu benar-benar aman dari Covid-19. Sebab efektivitas dari super immunity ini juga bisa berkurang seiring waktu.
"Walau ada yang menyebutnya sebagai hyper-charged immunity ya, tapi ini (super immunity) juga belum tahu bagaimana dampaknya terhadap varian Omicron," ujar Tjandra
Dalam kesempatan tersebut, Tjandra lantas mengingatkan agar orang tak serta merta berpikir untuk terpapar Covid-19 lalu melakukan vaksinasi agar bisa mendapat kekebalan super di tubuh mereka.
Hal yang patut diingat adalah terpapar Covid-19 memiliki risiko yang cukup berbahaya daripada hanya mendapat super immunity
"Pesan utamanya tetaplah jelas, segeralah mendapat vaksinasi yang lengkap," ujarnya.
(tst/agn)