Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI) menjelaskan sederet reaksi gejala atau efek samping vaksin Covid-19 yang bisa dirasakan pada anak.
Ketua Komnas KIPI, Hindra Irawan Satari mengatakan gejala uji klinis fase 1 Sinovac pada anak menunjukkan adanya reaksi lokal seperti nyeri, bengkak, indurasi, erthemma ruritis. Namun porsinya terbilang rendah.
Di samping itu, ada juga gejala menyeluruh seperti batuk, demam, sakit kepala, diare, muntah. Namun menurut Hindra ini merupakan reaksi alamiah karena proses pembentukan antibodi di dalam tubuh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini merupakan reaksi alamiah karena untuk membentuk antibodi. Hilang 1-2 hari dengan atau tanpa pengobatan," kata Hindra dalam acara virtual, Sabtu (22/1).
Lebih lanjut, ia menjelaskan KIPI pada Pfizer usai penyuntikan pada anak, yaitu sakit di tempat penyuntikan, bengkak kemerahan tapi KIPI tersebut lebih kecil skalanya dibanding kaum dewasa atau usia produktif.
Reaksi lain dari gejala umum bisa seperti lemas, diari, nyeri sendi, menggigil, sakit kepala didapati 60 persen pada kaum remaja. Namun persentase tersebut diklaim tak lebih tinggi ketimbang dewasa.
"KIPI pada anak lebih rendah ketimbang dewasa muda dan juga lansia. Ini proporsi kita bicara persentase di Indonesia," ungkapnya.
Laporan KIPI vaksinasi Covid-19 pada anak di Indonesia berdasarkan proporsi pascaimunisasi per juta dosis. Dengan demikian, pihaknya bisa menyimpulkan bahwa kejadian ikutan pasca imunisasi pada anak, terbilang rendah dari kaum dewasa.
Lebih lanjut ia menjelaskan langkah yang harus dilakukan jika mendapat reaksi KIPI pada anak. Pertama, jika anak terasa tidak nyaman segera istirahat, berikan obat segera, dan minum air putih yang cukup.
Kemudian, apabila terjadi nyeri pada titik suntikkan, bisa terus melakukan peregangan, lengan tetap bergerak dan jika perlu dikompres dengan air dingin.
Ia mengatakan beberapa orang memiliki alergi terhadap zat tertentu ketika mendapat vaksinasi. Namun Hindra mengatakan bahwa hal tersebut jarang terjadi.
Namun ketika reaksi vaksinasi Covid-19 muncul dan tak kunjung mereda lebih dari 48 jam, disarankan untuk menghubungi petugas kesehatan dan berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.
"Jangan ke 'orang pintar' dulu, tapi langsung ke dokter atau ke fasilitas layanan kesehatan," imbaunya.
Meskipun KIPI berotensi ada ketika menerima vaksin, Hindra menyarankan untuk tidak meminum obat sebelum menerima vaksin. Hal itu disebutnya lantaran tak ada gunanya.
Ia justru menyarankan agar meminum obat jika merasa gejala apapun setelah menerima vaksin Covid-19.
"Kalau demam, pegal, mual segera memakan obat saja, dan tidak perlu memakan obat sebelum vaksin, karena tidak ada gunanya," tutur Hindra.
(can/agn)