Mengenal Resistensi Antimikroba: Bahaya dan Cara Pencegahan

CNN Indonesia
Rabu, 26 Jan 2022 15:48 WIB
Tahun lalu sebanyak 1,27 juta orang meninggal karena sesuatu yang mungkin belum pernah Anda dengar - resistensi antimikroba. Apa itu resistensi antimikroba?
Ilustrasi. Tahun lalu sebanyak 1,27 juta orang meninggal karena sesuatu yang mungkin belum pernah Anda dengar - resistensi antimikroba. Apa itu resistensi antimikroba? (geralt/Pixabay)
Jakarta, CNN Indonesia --

Tahun lalu sebanyak 1,27 juta orang meninggal karena sesuatu yang mungkin belum pernah Anda dengar - resistensi antimikroba. Apa itu resistensi antimikroba?

Resistensi Antimikroba (atau disingkat AMR) terjadi ketika bakteri, virus, jamur, dan parasit berubah seiring waktu - sehingga mereka tidak lagi merespons obat-obatan yang dikonsumsi.

Kondisi ini membuat infeksi lebih sulit untuk diobati dan meningkatkan risiko penyebaran penyakit, bahkan menyebabkan penyakit parah dan kematian.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagai perbandingan, angka 1,27 juta orang lebih tinggi dari jumlah yang meninggal karena HIV/Aids atau Malaria tahun lalu, ini menjadikan AMR sebagai penyebab utama kematian secara global.

Berdasarkan siaran pers Proyek Global Research on Antimicrobial Resistance (GRAM), kemitraan antara Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) dan University of Oxford mengungkapkan, di Asia Tenggara saja, lebih dari 97.000 orang meninggal karena akibat langsung dari AMR pada tahun 2019.

Penelitian tentang topik ini menemukan AMR setidaknya menjadi penyebab yang berkontribusi hingga 4,95 juta kematian secara global - tidak jauh dari total kematian Covid-19 yang dilaporkan ke WHO - yaitu 5,6 juta sejak terdeteksi.

WHO sendiri sudah menetapkan bahwa resistensi antimikroba termasuk dalam 10 besar masalah kesehatan global.

Bahaya resistensi antimikroba

Sebagaimana dikutip dari penjelasan Kementerian Kesehatan di Twitter, resistensi antimikroba terjadi karena bakteri infeksi yang dulunya bisa dimatikan dengan antibiotik tertentu, kemudian tidak dapat lagi dimatikan dengan antibiotik tersebut dengan dosis sesuai aturan.

Akibatnya, penyakit jadi sulit diobati, risiko penyebaran dan keparahan penyakit meningkat, bahkan sampai menyebabkan kematian.

"Pengidap kondisi ini tidak dapat disembuhkan, tapi penyebarannya bisa diperlambat dengan pemberian vaksinasi, hubungan seksual yang aman, kebersihan makanan, cuci tangan, sanitasi bersih, dan penggunaan antibiotik dengan bijak," demikian pemaparan Kemenkes.



Mengapa bisa terjadi resistensi antimikroba?

Pemberian antibiotik bertujuan untuk mengobati infeksi. Namun, pengobatan jadi tidak efektif dan berbahaya manakala obat tidak digunakan dengan bijak serta tidak sesuai rekomendasi dokter.

Alih-alih cepat sembuh, sikap tersebut justru membahayakan kesehatan diri.

Penyebab bakteri menjadi resistan:

- Dipicu oleh penggunaan antibiotik yang salah
- Sering menggunakan antibiotik
- Konsumsi makanan yang mengandung residu antibiotik
-Tertular pasien infeksi bakteri resistan



Simak cara pencegahan resistensi antimikroba di halaman berikut.

Pencegahan resistensi antimikroba

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER