HARI KANKER SEDUNIA

Ironi Kasus Kanker Serviks di Tengah Kemajuan Vaksin dan Skrining

CNN Indonesia
Jumat, 04 Feb 2022 20:07 WIB
Ironi kasus kanker serviks yang sangat tinggi. Padahal, kanker serviks bisa dicegah dengan vaksin dan deteksi dini melalui skrining.
Ironi kasus kanker serviks yang sangat tinggi. Padahal, kanker serviks bisa dicegah dengan vaksin dan deteksi dini melalui skrining.(Foto: CNN Indonesia/Laudy Gracivia)
Jakarta, CNN Indonesia --

Dalam peringatan Hari Kanker Sedunia hari ini, seluruh masyarakat kembali diingatkan akan bahaya kanker termasuk kanker serviks. Data Globocan pada 2020 menunjukkan terdapat sebanyak 36.633 kasus baru kanker serviks dengan kasus kematian sekitar 21.003 jiwa.

Di Indonesia, kanker serviks merupakan kanker paling banyak kedua yang dialami perempuan setelah kanker payudara. Di Asia Tenggara, Indonesia merupakan negara dengan insiden dan kematian tertinggi akibat kanker serviks yakni, 24,4 per 100 ribu penduduk dengan kematian 14,4 per 100 ribu penduduk.

Andrijono, konsultan onkologi ginekologi dan Ketua Dewan Penasihat Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia (HOGI) menyebut data terakhir menunjukkan ada 89 kasus baru kanker serviks dan 57 kematian per hari. Kebanyakan pasien datang dalam kondisi stadium akhir. Dia menambahkan, RSCM mencatat 94 persen pasien kanker serviks meninggal dalam kurun waktu 2 tahun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kanker serviks ini penyebabnya diketahui, metode diketahui, vaksinnya sudah didapat, metode skrining ada, terapinya juga, tapi kok di Indonesia [kasusnya] masih tinggi? Ini jadi ironi kita," kata Andrijono dalam konferensi pers bersama KICKS dan MSD Indonesia, Jumat (4/2).

Jika dilihat, kata dia, infeksi Human Papilloma Virus (HPV) atau virus penyebab kanker serviks bersifat regresi. Hanya 10-25 persen infeksi menjadi persisten dan hanya sebagian yang mengarah jadi kanker.

World Health Assembly mengadopsi strategi global demi akselerasi target eliminasi kanker serviks di 2030. Badan Kesehatan Dunia (WHO) pun mencanangkan 3 strategi eliminasi yakni, pencegahan dengan vaksinasi, skrining dan tata laksana terhadap lesi prakanker dan tata laksana perawatan dan perawatan paliatif terhadap pasien kanker serviks.

Melihat tiga strategi ini, Andrijono menyorot dua hal yang jadi tantangan upaya penurunan kanker serviks di Indonesia yakni, cakupan vaksinasi dan skrining.

Dalam riset tim HOGI bekerjasama dengan Litbang yang melibatkan 20 ribu sampel, ditemukan kanker serviks paling banyak disebabkan virus HPV tipe 16, tipe 18 dan tipe 52. Untuk vaksin HPV tipe 16 dan tipe 18 sudah mampu menjangkau 70-80 persen. Namun cakupan ini masih jauh dari target WHO sebesar 90 persen (vaksinasi pada anak perempuan usia di bawah 15 tahun).

"Vaksin ini efektivitasnya baik sekali, hampir 100 persen. [Menurut riset] sampai 16 tahun tidak perlu booster. Pada pria, vaksin HPV bisa mencegah kanker anus, pada wanita juga. Jadi pada pria bisa untuk kanker anus, penis dan orofaring, sedang pada wanita, untuk serviks, anus dan orofaring," imbuhnya.

Kemudian untuk skrining, angkanya lebih memprihatinkan. Metode skrining kanker serviks antara lain, Inspeksi Visual Asetat (IVA atau Visual Inspection with acetic acid/VIA), pap smear dan tes DNA HPV. Adrijono mengungkapkan cakupan skrining masih 10 persen. Padahal jika berkaca dari strategi WHO, cakupan skrining paling tidak 70 persen.

Pada skrining, kendala kerap terjadi pada rumah sakit dengan fasilitas kurang memadai terlebih rumah sakit di wilayah pelosok. Diagnosis biasanya menggunakan tes DNA HPV kemudian dilanjutkan IVA untuk mengetahui abnormalitas lesi dan biopsi untuk membuktikan keberadaan kanker.

"Sesungguhnya kalau ada lesi abnormal dan hasil tes DNA HPV positif, dilakukan colposcopy (pemeriksaan dari dekat kondisi leher rahim). Namun kadang rumah sakit enggak menyediakan, hanya sedikit yang punya apalagi di daerah rural," kata Andrijono.

Apa yang kini bisa dilakukan?

Vaksinasi HPV jelas jadi jalan termudah yang bisa dilakukan untuk menurunkan angka kasus kanker serviks. Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan menggalakkan vaksinasi HPV pada kelompok anak perempuan usia 11 dan 12 tahun atau kelas 5 dan kelas 6 SD. Hal ini pun dituangkan dalam KMK No.01.07/Menkes/6779/2021 tentang Program Introduksi Imunisasi Human Papilloma Virus (HPV) Tahun 2022-2024.

Iqbal Dzakaria, mewakili Maxi Rein Rondonuwu, Dirjen pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, berkata sasaran program merupakan anak perempuan kelas 5 SD/MI/Sederajat untuk dosis pertama, dilanjutkan anak perempuan kelas 6 SD untuk dosis kedua.

"Di 2022 introduksi di 131 kabupaten/kota, sasaran 889.813 anak. Pelaksanaannya di Agustus. Vaksinasi HPV dilakukan dalam kegiatan BIAS atau Bulan Imunisasi Anak Sekolah," katanya.

(els/ptj)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER