Studi Ungkap 4 Faktor Risiko Pemicu Long Covid

CNN Indonesia
Sabtu, 05 Feb 2022 13:31 WIB
Ilustrasi. Long Covid disebut terkait salah satunya dengan jumlah materi genetik virus. (Foto: cnnindonesia/andrynovelino)
Jakarta, CNN Indonesia --

Apa Anda berisiko mengalami long Covid setelah sembuh dari infeksi? Mungkin cukup sulit menjawab pertanyaan ini. Namun studi terbaru menemukan 4 faktor risiko yang berkontribusi pada kemunculannya pada penyintas Covid-19.

Studi yang diterbitkan jurnal Cell menyebut faktor risikonya adalah jumlah materi genetik SARS-CoV-2 yang tinggi dalam darah saat masa awal infeksi, infeksi aktif dengan virus Epstein-Barr (EBV), antibodi tertentu atau molekul imun yang menargetkan protein tubuh daripada virus dan komorbid berupa diabetes.

"Saya pikir ini adalah studi yang dilakukan dengan sangat baik," kata P.J. Utz, profesor kedokteran dan ilmuwan dokter di bidang imunologi dan reumatologi, Stanford University, yang tidak terlibat dalam penelitian, mengutip dari Live Science.

Tim peneliti memantau hampir 210 pasien Covid-19 selama 2-3 bulan sejak diagnosis. Sebanyak 70 pasien sudah dirawat di rumah sakit. Partisipan memberikan sampel darah dan usap hidung saat diagnosis lalu dilanjutkan pada beberapa bulan berikutnya.

Di tahap terakhir, partisipan diminta mengisi survei mengenai gejala Covid-19 yang lama seperti batuk, kelelahan, sesak napas, diare, masalah daya ingat, sulit fokus serta kehilangan kemampuan pengecap dan pembau.

Hasilnya, secara keseluruhan sekitar 37 persen partisipan melaporkan tiga atau lebih gejala Covid-19 yang berkepanjangan, sebanyak 24 persen melaporkan satu atau dua gejala dan 39 persen melaporkan tidak ada gejala.

Dari kelompok partisipan yang mengalami tiga gejala atau lebih, 95 persen menunjukkan setidaknya satu dari empat faktor risiko yang baru diidentifikasi.

Peneliti menemukan satu dari empat faktor risiko yang paling menonjol, yakni auto-antibodi. Peneliti menyaring ada enam auto-antibodi dan menemukan antibodi berbeda berkaitan dengan gejala long Covid.

Dari enam antibodi, terdapat lima antibodi yang berkaitan dengan berbagai gangguan autoimun, termasuk lupus dan rheumatoid arthritis.

Sementara itu berkaitan dengan aktivasi EBV, sebenarnya virus ini adalah virus dormant dan bersembunyi dalam sel imun tubuh. Namun pengalaman infeksi atau stres ekstrem mampu 'membangunkan' virus dan membuatnya aktif. Seperti autoantibodi, reaktivasi EBV erat kaitannya dengan gejala long Covid.

Pasien dengan EBV dalam darah bisa menunjukkan peningkatan peluang masalah memori, kelelahan dan peningkatan produksi sputum atau campuran kental air liur dan mukus pada paru.

Kemudian penyakit diabetes melitus memang jadi salah satu komorbid yang memperberat gejala infeksi Covid-19. Penyakit ini pula yang menyumbang risiko long Covid sehingga partisipan dengan diabetes ditemukan lebih sering mengalami kelelahan, batuk dan gejala pernapasan lain.

(els/arh)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK