Pasien dengan kasus kegawatdaruratan ginekologi (permasalahan pada reproduksi wanita) serta membutuhkan tindakan operasi dapat segera melakukan tindakan yang diperlukan dan tidak perlu khawatir dengan kondisi pandemi yang masih berlangsung.
Rumah sakit menyediakan fasilitas kamar operasi bertekanan negatif (OT negatif) yang akan menjaga perputaran udara di dalam kamar operasi tidak mengalir keluar, sehingga melindungi mereka yang berada di luar ruangan dari paparan virus menular.
Langkah itu dilakukan oleh Mayapada Hospital yang telah menyediakan kamar operasi bertekanan negatif dengan standar keamanan tinggi sejak pandemi merebak pada 2020 lalu. Selain menyediakan kamar operasi bertekanan negatif, Mayapada Hospital juga terus melakukan screening PCR terhadap seluruh pegawainya, demi meminimalkan risiko persebaran virus.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal itu dikemukakan oleh Dokter Spesialis Obsterik Ginekologi, Konsultan Fertilitas - Endokrinologi Reproduksi, sekaligus tim medis untuk penanganan kasus-kasus Endometriosis Mayapada Hospital, dr. M. Luky Satria, saat berbincang dengan CNN Indonesia melalui wawancara jarak jauh.
Oleh karena itu, ujar dr. Luky, pasien-pasien dengan kasus kegawatdaruratan ginekologi tidak perlu menunda tindakan yang memang diperlukan, lantaran kekhawatiran terhadap penyebaran pandemi. Terlebih, banyak kasus emergensi ginekologi, baik di level gawat, darurat, maupun gawat darurat, membutuhkan tindakan segera.
Hal ini berbeda ketika di awal pandemi saat beredar ajakan untuk tidak perlu ke rumah sakit apabila tidak penting sekali ke dokter. Namun sekarang, ketika dunia sudah 2 tahun hidup terbiasa dengan pandemi, dan menjalani new normal, pasien didorong untuk tidak menunda pengobatan.
"Sekarang kalau mau ke rumah sakit, ya ke rumah sakit saja. Karena sudah jelas penanganannya. Protokolnya sudah jelas. Alurnya sudah jelas. Screening juga sudah rutin dijalankan setiap minggu. Jadi memang betul-betul, tingkat level keamanannya baik, tidak usah khawatir," papar dr. Luky.
Dijelaskan dr. Luky bahwa ginekologi merupakan penyakit kandungan yang tidak berhubungan dengan kehamilan atau penyakit kandungan yang berhubungan dengan kehamilan, tetapi hanya sampai usia kehamilan 15 minggu atau trimester pertama.
Beberapa contoh kasus kegawatdaruratan ginekologi yang tidak berhubungan dengan kehamilan itu yakni nyeri perut karena kista pecah, kista terpuntir, atau infeksi pada peritonitis yang bersumber dari infeksi di organ kandungan.
Kemudian, contoh kegawatdaruratan ginekologi yang berhubungan dengan kehamilan awal yaitu pendarahan di dalam perut karena hamil di luar kandungan atau kasus-kasus yang berhubungan dengan abortus.
Kista terpuntir, lanjut dr. Luky, merupakan kista ovarium yang terpelintir dikarenakan berbagai macam hal, termasuk gerakan atau mobilisasi. Akibatnya, pembuluh darah yang memberikan sumber aliran darah bagi indung telur ikut melintir sehingga menahan aliran darah ke ovarium.
"Kalau tidak ada darah masuk ke ovarium, ovarium jadi kekurangan oksigen, tidak bisa hidup, dan akhirnya membiru. Kalau dibiarkan, bisa menjadi nekrosis. Bisa mati jaringannya. Setelah jaringannya mati, bisa timbul masalah. Ini dampaknya bisa memberikan nyeri yang luar biasa bagi pasien, bahkan bisa sampai pingsan-pingsan," terang dr. Luky.
Sementara itu, kasus kista pecah berarti cairan yang menjadi isi kista pecah ke rongga perut. Isi kista ini akan merangsang peritonium, lapisan di dalam rongga perut, sehingga menimbulkan rasa nyeri yang luar biasa.
Meskipun tidak menyebabkan kejadian fatal seperti kehilangan jiwa, kasus kegawatdaruratan ginekologi tetap memerlukan penanganan segera. Pandemi yang belum selesai sebaiknya tidak menjadi halangan bagi pasien yang memerlukan tindakan segera.
Mayapada Hospital, ujar dr. Luky, sudah sejak awal pandemi menyediakan ruang operasi bertekanan negatif khusus untuk menangani tindakan pasien-pasien gawat darurat yang terpapar virus Covid-19, sekaligus memisahkan mereka dari kamar operasi biasa.
Kamar operasi bertekanan negatif tidak sama dengan kamar operasi biasa. Kamar operasi bertekanan negatif adalah kamar operasi yang didesain dengan membuat tekanan udara di dalam ruang operasi menjadi negatif.
Hal itu akan mengunci perputaran udara di ruangan tersebut supaya udara yang di dalam ruangan tidak keluar. Bahkan ketika pintunya terbuka pun, udara dari dalam ruangan tekanan negatif tidak dapat keluar menyebarkan bakteri maupun virus yang ada di dalam ruang kamar operasi.
Sebaliknya, udara dari luar ruangan yang masih lebih bersih dapat masuk ke ruang tekanan negatif. Udara yang sudah terkontaminasi di dalam ruangan bertekanan negatif akan disaring dan diproses terlebih dahulu melalui HEPA filter yang dapat menghilangkan 99,97 persen droplet nuklei, sebelum dikeluarkan ke udara bebas di luar rumah sakit.
Pemisahan tekanan udara ruang operasi menjadi penting dimiliki oleh rumah sakit agar tidak ada bauran antara pasien-pasien terindikasi positif Covid-19 dengan pasien negatif. Pasalnya, tindakan pembedahan atau operasi di rumah sakit perlu dilakukan secara terpusat di gedung atau area yang sama karena keberadaan fasilitas dan perlengkapan penunjang yang saling terkait.
Hal itu berbeda dengan kamar perawatan pasien yang dapat ditempatkan secara terpisah antara satu sama lain. Rumah sakit umumnya sudah memiliki area yang jelas bagi perawatan pasien, baik pasien yang jelas negatif, pasien yang belum diketahui apakah negatif atau positif, serta area bagi pasien yang sudah jelas positif. Tidak jarang area-area ini dipisahkan dari sisi lantai, bahkan berpisah gedung perawatan.
"Kalau ruang operasi rumah sakit kan enggak bisa ke mana-mana, ya di situ-situ saja, karena fasilitasnya semua ada di situ, kamar sterilisasi, kamar operasi, semuanya di situ. Jadi, enggak cukup hanya dengan beda kamar operasi, harus dibedakan juga tekanan udaranya. Tidak semua rumah sakit punya itu. Kami di Mayapada Hospital sudah menyediakan itu," katanya.
Oleh karena itu, sejak awal pandemi Covid-19 merebak, Mayapada Hospital kerap menjadi rujukan bagi rumah sakit di Jakarta yang memiliki pasien Covid-19 dengan kebutuhan tindakan operasi.
(aor)