Jakarta, CNN Indonesia --
Orangtua selalu gemas dengan anak yang gembil dan montok. Mereka dianggap lebih sehat dibanding anak-anak bayi lain yang lebih kurus.
Benarkah bayi atau balita yang lebih gemuk berarti lebih sehat?
Meski terlihat menggemaskan, Winra Pratita, dokter spesialis anak, mengingatkan anak yang gemuk, montok itu tidak selalu berarti anak pasti sehat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada kemungkinan anak gemuk ternyata menyimpan komorbiditas, artinya anak memiliki penyakit penyerta atau komorbid. Orang tua musti hati-hati sebab anak bisa mengalami obesitas, penyakit yang mampu memicu penyakit-penyakit lain.
"Anak chubby, lucu tapi ingat komplikasi obesitas yang mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki," kata Winra dalam temu media bersama Kementerian Kesehatan, Rabu (2/3).
Barangkali orang tua bertanya-tanya, bukankah anak saya cuma kelebihan berat badan?
Winra berkata kelebihan berat badan atau overweight berbeda dengan obesitas. Overweight adalah kelebihan berat badan dibanding berat badan ideal yang bisa disebabkan oleh penimbunan jaringan lemak. Sementara obesitas merupakan suatu kelainan atau penyakit yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh yang berlebihan.
Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan antara asupan energi dan keluaran energi. Kelebihan energi ini kemudian disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Ada beberapa faktor penyebab obesitas anak.
1. Faktor lingkungan, ketersediaan makanan tinggi kalori, gaya hidup sedenter.
2. Faktor genetik, sindrom dismorfik (gangguan kesehatan mental di mana penderitanya memiliki obsesi berlebihan terhadap bagian-bagian tubuh), ada mutasi leptin (hormon pengendali nafsu makan dan rasa lapar).
3. Simpanan energi, asupan makanan dan keluaran energi lebih besar asupan makanan ditambah aktivitas fisik rendah, termogenesis turun (panas tubuh setelah makan) dan laju metabolisme rendah.
"Anak berat badan bertambah, makin malas bergerak, banyak penyakit bisa terjadi seperti diabetes, jantung koroner, semua bisa terjadi pada anak maupun dewasa," imbuhnya.
Gejala klinis obesitas
Gejala klinis obesitas bisa terlihat mulai dari area kepala, dada hingga kaki.
1. Kepala: wajah membulat, pipi tembem, dagu rangkap.
2. Tenggorokan: terdapat hipertrofi tonsil (pembesaran tonsil akibat berbagai macam faktor termasuk peradangan).
3. Leher: leher tampak pendek, terdapat acanthosis nigricans atau kulit menebal dan hitam sebagai tanda resistensi insulin.
4. Dada: dada membusung, payudara membesar pada laki-laki dan napas mengi.
5. Perut: perut buncit, dinding perut berlipat-lipat, hepatomegali (pembesaran hati).
6. Ekstremitas: tungkai berbentuk X atau Y akibat menopang berat badan berlebih, gerakan panggul terbatas.
7. Sistem reproduksi: penis tampak kecil.
Diagnosis obesitas anak
Diagnosis obesitas pada anak, Winra menjelaskan ada dua alur yang ditempuh sesuai usia anak.
1. Anak usia 0-5 tahun
Anak usia 0-5 tahun menggunakan grafik berat badan-tinggi badan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) 2006. Kemudian dilihat skor pada grafik Indeks Massa Tubuh WHO 2006 untuk anak kurang dari 2 tahun, lalu grafik Indeks Massa Tubuh CDC 2000 untuk anak usia 2-5 tahun.
2. Anak usia 5-18 tahun
Untuk kelompok anak usia ini menggunakan grafik berat badan-tinggi badan CDC 2000. Anak disebut obesitas jika grafik menunjukkan berat dan tinggi badan lebih dari 110 persen sesuai grafik Indeks Massa Tubuh CDC 2000.
Tatalaksana anak dengan obesitas
Pada prinsipnya, tata laksana anak dengan obesitas meliputi, pengaturan diet, pengaturan aktivitas fisik, modifikasi perilaku, ada dukungan orang tua, anggota keluarga, teman dan guru juga terapi intensif. Semua ini tidak berbeda dengan obesitas pada orang dewasa.
Akan tetapi Winra menggarisbawahi bahwa tata laksana obesitas pada anak tetap memiliki perbedaan dengan orang dewasa. Ini terletak pada terapi intensifnya. Terdapat 3 kelompok obat yang tidak dianjurkan untuk terapi intensif anak, yakni:
* Obat penekan nafsu makan (sibutramin), tidak dianjurkan pada anak di bawah 16 tahun sebab bisa memicu efek samping berat termasuk stroke.
* Obat penghambat absorbsi zat-zat gizi (orlisitat), tidak dianjurkan pada anak di bawah 12 tahun.
* Kelompok obat untuk mengatasi komordibitas (metformin) untuk anak dan remaja obesitas dengan resistensi insulin. Namun tidak cukup bukti obat berperan dalam tatalaksana obesitas dan overweight tanpa hiperinsulinemia (terlalu banyak insulin dalam tubuh).
"Terapi intensif farmakologi pada anak enggak dilakukan. Anak kan masih dalam masa pertumbuhan," katanya.