Jakarta, CNN Indonesia --
Bertepatan dengan Hari Gizi Nasional ke-62 pada Selasa (25/1), setiap orang diajak untuk meningkatkan kesadaran akan gizi, khususnya masalah stunting dan obesitas.
Tujuan besar menurunkan kasus stunting dan obesitas bisa dimulai dari langkah kecil yakni memberikan gizi yang seimbang untuk anak. Namun, sering kali orang tua banyak yang mempercayai mitos seputar gizi anak yang salah kaprah.
Berikut 7 mitos seputar gizi anak yang salah kaprah:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Susu kental manis setara dengan susu formula
Selama ini susu kental manis dianggap sebagai produk susu seperti halnya susu sapi atau susu formula di pasaran. Sebagian orang tua mengencerkan susu kental manis kemudian diberikan buat anak, bahkan dijadikan sebagai pengganti ASI.
Meski menyandang kata 'susu', faktanya susu kental manis tak ubahnya cairan putih kental dengan kandungan gula tinggi. Ahli gizi dan nutrisi, Tan Shot Yen, menyebut dalam susu kental manis ada berbagai macam jenis gula termasuk sukrosa dan laktosa. Untuk membuat 3/4 gelas susu, Anda memerlukan 40-45 gram susu kental manis sehingga dalam satu porsi, anak sudah mengonsumsi 20 gram gula. Untuk anak-anak, ini jelas berlebihan.
Konsumsi susu kental manis pada anak bisa berbahaya. Anak akan merasa kenyang tapi kenyang 'palsu' atau kenyang tanpa ada asupan nutrisi. Kemudian anak bisa kecanduan susu kental manis berkat rasanya yang jauh lebih manis dari susu biasa.
"Akhirnya anak-anak enggak makan yang lain [dan] gangguan gizi pun bisa muncul. Anak-anak juga enggak dapat protein, lemak, dan vitamin yang cukup, akhirnya hanya obesitas, tapi pendek, stunting," kata Tan pada CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.
2. Bayi gemuk adalah bayi yang sehat
Pipi montok, lengan bak roti sobek jadi hal-hal yang menarik perhatian orang dewasa ketika melihat bayi. Selain dianggap menggemaskan, bayi dengan tubuh agak gemuk kerap dianggap bayi yang sehat. Padahal, orang dewasa patut khawatir dengan kondisi bayi gemuk menggemaskan ini.
Dikutip dari Healthline, bayi baru lahir tumbuh sangat cepat terutama di tahun pertama. Bayi laki-laki rata-rata memiliki berat lahir 3,34 kg, sedangkan bayi perempuan 3,2 kg. Namun banyak bayi sehat yang memiliki berat lahir lebih ringan atau lebih berat dari bobot rata-rata ini.
Satu hal yang perlu menjadi catatan orang tua adalah penambahan berat badan di dua tahun pertama. Para ahli di Universitas Harvard mencatat, penambahan berat badan terlalu banyak di 2 tahun pertama pada bayi berisiko pada masalah kesehatan di masa anak-anak bahkan dewasa. Dalam ulasan disebutkan, penambahan berat badan dengan cepat di tahun pertama dan kedua meningkatkan risiko anak mengalami kelebihan berat badan atau obesitas di masa depan.
Simak mitos seputar gizi anak yang salah kaprah di halaman berikut.
3. Anak harus menghabiskan makanannya
Tiap orang tua pasti senang dan bangga saat anak mampu menghabiskan makanannya. Pada tahap pemberian MPASI, mangkuk kosong nan licin jadi momen paling ditunggu. Ada rasa lega karena jungkir balik menyiapkan menu makanan tidak sia-sia dan kebutuhan nutrisi anak terpenuhi.
Akan tetapi, orang tua perlu ingat bahwa aktivitas makan bukan berdasar paksaan. Piring atau mangkuk bersih seharusnya bukan hasil paksaan orang tua.
"Peran orang tua atau pengasuh adalah menyediakan makanan sehat untuk dipilih, tetapi tidak boleh mendikte berapa banyak yang dimakan anak. Selama pilihannya sehat, memberi anak-anak pilihan makanan mana yang harus dipilih dan berapa banyak yang mereka makan, membuat mereka tetap selaras dengan isyarat rasa lapar alami mereka," kata Maggie Moon, ahli diet di Los Angeles mengutip dari Parents.
4. Orang tua mengikuti anak yang pilih-pilih makanan
Tak jarang orang tua menemukan anak hanya mau makan makanan tertentu dan sulit diperkenalkan dengan jenis pangan berbeda. Karena terus rewel, orang tua terpaksa menuruti keinginan anak dengan menyediakan menu makan sesuai keinginan atau mood anak.
Sebaiknya orang tua mempertimbangkan penyajian makanan bergaya prasmanan sehingga anak memilih dari apa yang disediakan. Kenalkan menu makanan yang disukai keluarga saat makan bersama sehingga anak bersemangat makan. Di kesempatan berikutnya, coba berkenalan dengan menu baru.
5. Jus baik buat anak
Buah jelas penting buat anak untuk memenuhi kebutuhan vitamin, mineral juga serat. Orang tua harus putar otak agar anak mau mengonsumsi buah sebab tak jarang anak menolak saat diberikan buah utuh. Jus buah kadang jadi solusi dan dianggap mampu memenuhi kebutuhan nutrisi anak.
Faktanya, jus kemasan biasanya mengandung gula sangat tinggi. Ahli gizi Priya Kathpal menyarankan jika orang tua ingin memberikan jus buah buat anak, sebaiknya jus buah yang dibuat sendiri di rumah.
"Jus buah siap minum bisa mengandung gula tambahan yang berdampak negatif buat kesehatan anak. Bagaimanapun dorong anak untuk mengonsumsi buah utuh. Coba tawarkan buah dalam bentuk potongan kecil tapi tetap dalam pengawasan orang tua," kata Kathpal mengutip dari First Post.
6. Makanan berlemak bikin anak kelebihan berat badan
Isu kelebihan berat badan sampai obesitas jelas jadi perhatian orang tua. Masalah berat badan bisa mendatangkan masalah-masalah kesehatan lain sehingga orang tua memilih melakukan langkah pencegahan dengan mengurangi atau menghindari asupan lemak buat anak.
Padahal tubuh tetap memerlukan lemak. Hanya saja, dikutip dari NDTV, orang tua perlu memilah lemak yang sehat dan kurang sehat. Anak tetap memerlukan lemak terutama lemak sehat yang berasal dari kacang-kacangan, biji-bijian, yogurt, keju juga daging.
7. Anak perlu karbohidrat ekstra karena banyak olahraga
Aktivitas fisik yang padat memang membuat anak memerlukan 'bekal' yang memadai. Namun, bukan berarti saat anak ada pelajaran olahraga atau aktivitas fisik lebih banyak dari biasanya, diet anak pun diubah. Orang tua menganggap anak perlu karbohidrat ekstra jelang olahraga. Padahal untuk aktivitas olahraga selama satu jam, diet harian tidak perlu ditambah.
Kondisi berbeda jika anak dalam sebuah turnamen dengan tuntutan partisipasi selama berjam-jam. Dalam situasi ini, orang tua bisa menyelipkan protein dan karbohidrat ekstra sebelum pertandingan.
Itulah sejumlah mitos seputar gizi anak yang salah kaprah.