Tdak sedikit wanita yang harus mengubur impiannya karena lingkungan patriarki yang tidak mendukung. Pemikiran sempit bahwa wanita kodratnya hanya di dapur juga membuat pergerakannya semakin sempit.
Direktur Wahid Foundation, Yenny Wahid mengatakan tidak mudah memecah pemikiran konservatif yang menganggap bahwa tempat wanita hanya di dapur, sumur dan kasur. Wanita memang kerap dianggap hanya bisa berdiri di belakang pria, melayani dan tidak boleh duduk di tempat yang sama dengan mereka.
"Dapur, sumur, dan kasur itu non sense, tapi memang masih ada yang berpikir seperti itu," kata Yenny dalam webinar Women in Leadership yang digelar KataData secara daring, Senin (7/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yenny bercerita, saat ayahnya - Gus Dur, masih menjabat sebagai presiden dia memang diperintahkan untuk menjadi salah satu staf Gus Dur. Di masa pemerintahannya, Gus Dur sering keliling pesantren.
Sering kali pesantren yang disambingi Gus Dur dan Yenny masih berpikir konservatif yang memandang wanita jauh di bawah kendali laki-laki. Kerap kali, Yenny selalu diarahkan untuk duduk di ruangan yang berbeda dengan ayahnya karena Yenny seorang wanita.
Wanita dilarang duduk sejajar dengan pria apalagi dalam ruangan yang sama. Tentu saja dia menolak, tapi enggan adu mulut karena takut menyebabkan kericuhan.
Dia pun memutar otak, bagaimana agar hal ini tidak terus terjadi. Dia mulai mengatakan bahwa ayahnya tidak bisa jauh dari dia, memerlukannya ada di tempat yang bisa dijangkau.
"Dari situ saya bisa duduk sejajar dengan laki-laki, dekat ayah saya. Gus Dur waktu itu diam saja dengan permainan saya. Lama-lama jadi kebiasaan, tidak ada lagi yang nyuruh kami duduk terpisah dan sekarang saya bahkan jadi pembicara di kalangan laki-laki," kata Yenny.
Perubahan-perubahan itu memang tidak mudah, apalagi di lingkungannya wanita kerap dipandang sebelah mata. Wanita hanya dipandang sebagai alat yang tugasnya di dapur, sumur dan kasur. Pikiran ini ditanamkan dari kecil bahwa wanita kodratnya hanya itu saja.
"Padahal tidak ya, kodrat wanita yang benar itu ada empat, menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui. Kodrat wanita yang berbeda dari laki-laki hanya itu, sisanya sama," kata dia.
Pria bisa dan boleh memasak, begitupun wanita boleh meniti karier sesuai dengan yang diinginkannya. Semua hal itu sama rata, bisa dimiliki wanita maupun pria.
Diakui Yenny, Indonesia memiliki berbagai banyak kultur yang sedikit banyak cukup menghambat kemajuan wanita. Padahal wanita memiliki hak yang sama. Dia pun mendorong agar hal ini bisa semakin disadari oleh semua pihak.
"Perempuan boleh jadi apa saja. Perempuan boleh jadi Menteri Luar Negeri, Presiden, Duta Besar, apa saja asal itu yang memang jadi keinginannya," jelasnya.
Selamat Hari Perempuan Internasional!
(tst/chs)