HARI PEREMPUAN INTERNASIONAL

Cobaan Berat Jadi Wanita di Asia Tenggara: Seksisme

CNN Indonesia
Selasa, 08 Mar 2022 20:15 WIB
Jadi perempuan di Indonesia, ternyata penuh dengan cobaan. Jika melihat perempuan-perempuan di negara-negara tetangga Asia Tenggara, apakah tantangannya serupa? ( iStock/Motortion)
Jakarta, CNN Indonesia --

Selamat Hari Perempuan Internasional!

Ucapan ini mungkin bisa menguatkan perempuan yang sedang dihadapkan pada pilihan bekerja atau mengurus anak di rumah.

Ada pula perempuan yang kesulitan meraih jabatan lebih tinggi karena kekurangan akses, pun ada yang mendapat cap negatif atas pilihan-pilihan hidupnya.

Jadi perempuan di Indonesia, ternyata penuh dengan cobaan. Jika melihat perempuan-perempuan di negara-negara tetangga Asia Tenggara, apakah tantangannya serupa?

Anindya Restuviani dari Southeast Asian Feminist Action Movement (SEAFAM) mengungkapkan tantangan menjadi perempuan di Asia Tenggara dan bahkan di seluruh dunia kurang lebih serupa. Anindya menggarisbawahi bahwa secara umum tantangan buat perempuan adalah seksisme yang merajalela.

"Seksisme ini ada di banyak isu, tidak hanya isu keamanan dan kedamaian dan efeknya besar," kata Anindya dalam konferensi pers Hari Perempuan Internasional bersama Kedutaan Besar Kanada untuk Indonesia dan Timor Leste dan Perutusan Kanada untuk ASEAN, Selasa (8/3).

Saya pikir sebagai perempuan Asia Tenggara kita sering melihat seksisme yang dihadapi perempuan di Asia Tenggara itu sesuatu yang biasa, dinormalisasi." 

Menurut dia, tantangan ini ini tidak hanya jadi diskusi di Indonesia, tetapi juga secara luas bahwa suatu hal normal perempuan di Asia Tenggara diperlakukan berbeda dengan laki-laki.

Ungkapan bahwa tempat perempuan di dapur, sumur, kasur yang berarti ranah perempuan hanya dibatasi di ranah domestik, itu juga termasuk seksisme.

Tak cuma itu, perempuan sulit mengambil keputusan atas pilihan hidup mereka. Suatu hal normal jika laki-laki bertindak sebagai pengambil keputusan.

Kemudian ini didukung dengan sejarah bahwa sebagian besar negara-negara Asia Tenggara adalah negara bekas jajahan dan budaya di negara jajahan dianggap terbelakang.

Perempuan pun dianggap layak diperlakukan berbeda, apalagi paham kesetaraan itu dianggap paham Barat.

"Padahal sebenarnya budaya kita lebih maju, lebih progresif dalam hal keamanan dan kedamaian. Ada sejarah panjang keterlibatan perempuan Asia Tenggara dalam mengupayakan kedamaian dan keamanan," imbuhnya.

Lalu apa yang bisa dilakukan untuk melawan seksisme ini?

Anindya tidak pernah bosan mengulang hal serupa bahwa sangat penting untuk memusatkan segala advokasi, kampanye pada pengalaman mereka yang dari kelompok marjinal.

"Saya pikir itu cara terbaik, berarti untuk menjadi rekan (ally) untuk mendengarkan, memusatkan pengalaman mereka [kemudian diterjemahkan menjadi] apa yang bisa kita lakukan terhadap perempuan juga kelompok termarjinalkan," katanya.

(els/chs)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK