Jakarta, CNN Indonesia --
Melihat peran perempuan dalam pemerintahan, nama Sri Mulyani Indrawati tidak lepas dari sorotan. Ia adalah perempuan pertama yang menjabat sebagai Menteri Keuangan RI.
Kiprahnya dimulai saat ia ditunjuk memimpin Kementerian Keuangan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2005. Srimul, begitu panggilan akrabnya, mengaku tantangannya begitu besar, tidak hanya menyoal gender tetapi juga usia. Kala itu ia menjadi menteri di usia relatif muda yakni 43 tahun.
"[Waktu itu saya] 10 tahun lebih muda dari top eselon. Saya masih muda, kemudian ada stereotipe kalau perempuan itu lebih emosional, dia mungkin enggak fokus. Kalau mau hal detail dianggap bawel, kalau tegas dianggap bossing around, kalau ingin perfect dianggap demanding. Kayaknya ini negative traits kalau [jabatan pemimpin] dipangku perempuan," ujar Srimul dalam peringatan Hari Perempuan Internasional bersama Unilever, Selasa (8/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akan tetapi, lanjutnya, semua itu merupakan tantangan yang harus dihadapi. Ini baru tes pertama.
Di sisi lain, ada mandat untuk mereformasi internal Kementerian Keuangan demi memperoleh kepercayaan publik dan meraih kompetensi. Kementerian Keuangan sebagai bendahara negara sangat dilihat kredibilitasnya. Ia dituntut untuk memimpin dengan melihat efektivitas organisasi baik dari elemen SDM, budget, tata kelola, proses bisnis sehingga lembaga bisa berjalan efektif, efisien, dan kredibel.
"Mengelola keuangan negara juga harus mengelola ekonomi yang mana ini output [misal] apa ekonomi stabil? Membaik? Meningkat? Dan berbagai kemajuan di berbagai bidang gimana?" katanya.
Ia tidak lantas jadi 'meleyot' berkat gender dan usia tetapi memilih untuk menerjang semua lewat kerja yang detail dan sistematis, persistent, konsisten, dan kemampuan untuk bicara serta mengambil keputusan.
"Kemampuan pengambilan keputusan itu penting dalam kepemimpinan. Orang tahu, once she decides, she's going to make sure that this is going to be delivered. Begitu ada halangan, saya akan lompat [untuk mengecek] halangannya apa, lalu memastikan halangannya harus diatasi," katanya.
Srimul pun mampu membuktikan bahwa gender atau usia bukan jadi soal. Kemudian ia kembali ditunjuk menjadi Menteri Keuangan di periode kedua pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2009.
Ia memang cuma menjabat setahun di 2009-2010, tetapi justru setelahnya Srimul mendapatkan jabatan sebagai Managing Director World Bank. Kemudian kursi Menteri Keuangan kembali memanggilnya di era pemerintahan Presiden Joko Widodo di 2016 hingga kini.
Saat banyak pandangan miring mengenai kualitas perempuan sebagai pemimpin, Srimul justru merasa perempuan punya nilai plus. Menurutnya, perempuan terbiasa multitasking sehingga saat menangani satu hal, dalam kepalanya sudah ada rencana atau hal-hal lain yang akan dikerjakan.
"Kita bisa mikir, anak belum disusuin, nanti siang harus makan. Di sisi lain kita rapat ngomongin ini kemarin, nanti apa [lagi agendanya]. Matriks cara berpikir yang sama intensnya," katanya.
Perempuan memimpin, kenapa tidak?
Melihat sepak terjang para pemimpin perempuan, bukan hal yang mustahil akan ada perempuan-perempuan lain yang akan mengikuti jejak Srimul. Pertanyaannya, apa Anda mampu dan mau?
Srimul berkata ada aneka lapis tantangan menghadang jika perempuan ingin melaju ke puncak kepemimpinan.
1. Aspek gender
Publik menyematkan aneka 'cap' pada perempuan saat memimpin. Menurut Srimul, Anda harus bisa menghadapi dan memastikan bahwa menjadi perempuan bukan faktor yang 'memangkas' kemampuan memimpin (leadership).
"Ini justru menguatkan perempuan untuk memimpin, itu adalah sesuatu yang harus dibuktikan," imbuhnya.
2. Buktikan bahwa Anda layak
Saat ditunjuk untuk menduduki suatu posisi, lihat ini sebagai kesempatan untuk membuktikan bahwa Anda layak untuk mendapat posisi tersebut. Suatu 'previlege' bagi kaum laki-laki bahwa mereka tidak mendapatkan 'ujian' untuk pembuktian ini, berbeda dengan kaum perempuan.
"Laki-laki jarang diuji, tapi kalau perempuan biasanya akan 'Oh oke ini perempuan, apa dia bisa perform? Saat perform, you have to show it twice as good than your male counterpart karena itu menunjukkan kaum perempuan mendapat posisi itu bukan karena [gender] perempuannya tapi karena layak," jelasnya.
3. Pekerjaan beres, keluarga terurus
Srimul mengakui ujian terberat buat perempuan saat berada di dua pilihan yakni, karier dan keluarga. Tidak seperti laki-laki, hanya perempuan yang bisa mengandung, melahirkan, dan menyusui. Saat harus memilih salah satu, perempuan tidak jarang mengutamakan keluarga sehingga tidak banyak perempuan yang sampai pada puncak kepemimpinan.
Anda bisa memilih karier atau pekerjaan dengan waktu fleksibel sehingga keluarga tidak terlantar dan karier tetap maju. Srimul berkata dari perusahaan atau lembaga juga bisa mendukung perempuan dengan penyediaan ruang laktasi, penitipan anak juga paternal leave untuk suami.
"Kita harus mengurangi sedapat mungkin beban itu. Ada anak, kita memberikan tempat untuk menyusui, tanpa harus perempuan menyerah. Berikan aturan tegas termasuk rotasi promosi. Ini sesuatu yang dalam kontrol Anda [pemimpin]," ucapnya.