Ia memang cuma menjabat setahun di 2009-2010, tetapi justru setelahnya Srimul mendapatkan jabatan sebagai Managing Director World Bank. Kemudian kursi Menteri Keuangan kembali memanggilnya di era pemerintahan Presiden Joko Widodo di 2016 hingga kini.
Saat banyak pandangan miring mengenai kualitas perempuan sebagai pemimpin, Srimul justru merasa perempuan punya nilai plus. Menurutnya, perempuan terbiasa multitasking sehingga saat menangani satu hal, dalam kepalanya sudah ada rencana atau hal-hal lain yang akan dikerjakan.
"Kita bisa mikir, anak belum disusuin, nanti siang harus makan. Di sisi lain kita rapat ngomongin ini kemarin, nanti apa [lagi agendanya]. Matriks cara berpikir yang sama intensnya," katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melihat sepak terjang para pemimpin perempuan, bukan hal yang mustahil akan ada perempuan-perempuan lain yang akan mengikuti jejak Srimul. Pertanyaannya, apa Anda mampu dan mau?
Srimul berkata ada aneka lapis tantangan menghadang jika perempuan ingin melaju ke puncak kepemimpinan.
1. Aspek gender
Publik menyematkan aneka 'cap' pada perempuan saat memimpin. Menurut Srimul, Anda harus bisa menghadapi dan memastikan bahwa menjadi perempuan bukan faktor yang 'memangkas' kemampuan memimpin (leadership).
"Ini justru menguatkan perempuan untuk memimpin, itu adalah sesuatu yang harus dibuktikan," imbuhnya.
2. Buktikan bahwa Anda layak
Saat ditunjuk untuk menduduki suatu posisi, lihat ini sebagai kesempatan untuk membuktikan bahwa Anda layak untuk mendapat posisi tersebut. Suatu 'previlege' bagi kaum laki-laki bahwa mereka tidak mendapatkan 'ujian' untuk pembuktian ini, berbeda dengan kaum perempuan.
"Laki-laki jarang diuji, tapi kalau perempuan biasanya akan 'Oh oke ini perempuan, apa dia bisa perform? Saat perform, you have to show it twice as good than your male counterpart karena itu menunjukkan kaum perempuan mendapat posisi itu bukan karena [gender] perempuannya tapi karena layak," jelasnya.
3. Pekerjaan beres, keluarga terurus
Srimul mengakui ujian terberat buat perempuan saat berada di dua pilihan yakni, karier dan keluarga. Tidak seperti laki-laki, hanya perempuan yang bisa mengandung, melahirkan, dan menyusui. Saat harus memilih salah satu, perempuan tidak jarang mengutamakan keluarga sehingga tidak banyak perempuan yang sampai pada puncak kepemimpinan.
Anda bisa memilih karier atau pekerjaan dengan waktu fleksibel sehingga keluarga tidak terlantar dan karier tetap maju. Srimul berkata dari perusahaan atau lembaga juga bisa mendukung perempuan dengan penyediaan ruang laktasi, penitipan anak juga paternal leave untuk suami.
"Kita harus mengurangi sedapat mungkin beban itu. Ada anak, kita memberikan tempat untuk menyusui, tanpa harus perempuan menyerah. Berikan aturan tegas termasuk rotasi promosi. Ini sesuatu yang dalam kontrol Anda [pemimpin]," ucapnya.
(els/chs)