Deteksi Dini Penyebab Buang Air Besar Berdarah
Bagi sebagian orang, melihat darah di toilet atau saat membersihkan dubur setelah buang air besar mungkin menakutkan. Kondisi ini dapat menjadi tanda adanya perdarahan di saluran pencernaan.
Meskipun sebagian besar penyebab pendarahan dubur adalah wasir, BAB berdarah tetap perlu diwaspadai dan ditangani. Pasalnya, bisa juga pendarahan disebabkan oleh kondisi kanker atau prakanker, di mana polip prakanker berada di dekat ujung usus besar dan dapat meniru perdarahan dari wasir.
Untuk mengetahui perbedaan antara wasir dan kanker usus besar, bisa disimak tabel di bawah ini.
Wasir | Kanker Usus Besar |
- Perdarahan dari dubur, dapat disertai pembengkakan, nyeri atau rasa tidak nyaman di daerah anus, bahkan bisa ada rasa gatal atau iritasi di daerah anus. | - Perdarahan dari dubur, jarang ditemukan rasa nyeri di daerah anus, kotoran disertai lendir dan noda darah. |
- Wasir yang berupa tonjolan mungkin bisa diraba di dalam anus. | - Polip atau massa di dalam anus ditemukan saat pemeriksaan oleh dokter spesialis. |
- Wasir yang menonjol melalui rektum dapat secara spontan kembali masuk ke posisi semula di dalam rektum. | - Tidak ada massa atau benjolan yang menonjol keluar. |
- Mengejan saat buang air besar dengan buang air besar yang sering. | - Sering buang air besar namun terasa buang air besar tidak tuntas. |
Mengacu data WHO tahun 2020, kanker usus besar merupakan kanker terbanyak ke-4 di Indonesia, setelah kanker payudara, serviks, dan kanker paru.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Gastroenterologi-Hepatologi, Mayapada Hospital Jakarta Selatan, Prof. Dr. Abdul Aziz Rani, menyebutkan bahwa penting sekali untuk melakukan deteksi dini kanker usus besar. Pasalnya, umumnya kasus kanker usus besar tidak menunjukkan gejala pada stadium awal.
"Kanker usus besar umumnya tidak bergejala pada stadium awal sehingga seringkali pasien datang sudah pada stadium lanjut. Itulah sebabnya deteksi dini kanker usus besar sangat penting terutama jika Anda memiliki faktor risiko," ujarnya.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Gastroenterology dan Hepatology Mayapada Hospital Tangerang, dr. Hendra Nurjadin menambahkan, deteksi dini kanker usus besar pada individu tanpa keluhan dapat dimulai pada usia 50 tahun ke atas jika tidak ada riwayat keluarga dengan kanker usus.
"Sementara itu, jika ada riwayat keluarga dengan kanker usus besar, maka deteksi dini dapat dimulai pada usia 40 tahun ke atas," lanjutnya.
Lebih lanjut Hendra menambahkan, saat ini ada prosedur yang disebut endoskopi kapsul (capsule endoscopy). Ini merupakan prosedur untuk mengambil gambar saluran pencernaan dengan cara menelan kamera nirkabel kecil yang berada di dalam kapsul seukuran vitamin yang biasa diminum.
Saat kapsul berjalan melalui saluran pencernaan, kamera mengambil ribuan gambar yang ditransmisikan ke perekam yang dikenakan di ikat pinggang.
"Endoskopi kapsul membantu dokter melihat bagian dalam saluran pencernaan mulai dari kerongkongan, lambung, usus halus sampai usus besar, termasuk area yang tidak mudah dijangkau dengan prosedur endoskopi konvensional," katanya.
Kolonoskopi adalah pemeriksaan usus besar dengan alat endoskopi yang berbentuk seperti selang dengan kamera di ujungnya yang dimasukan ke dalam usus besar melalui lubang dubur. Pemeriksaan ini paling sensitif untuk mendeteksi adanya kelainan, seperti polip atau benjolan kecil pada usus besar.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Gastroenterologi-Hepatologi Mayapada Hospital Kuningan, dr. Kaka Renaldi, menyebutkan bahwa pemeriksaan ini paling cocok untuk individu yang memiliki faktor risiko seperti riwayat keluarga atau kerabat dekat yang sudah menderita kanker usus besar.
"Pemeriksaan kolonoskopi adalah gold standard untuk pemeriksaan skrining kanker usus besar karena kemampuannya untuk melihat seluruh usus besar dan mendeteksi serta menghilangkan polip selama prosedur yang sama berlangsung," tuturnya.
Ada sejumlah kriteria untuk menentukan siapa-siapa yang memiliki faktor risiko dan perlu melakukan deteksi dini juga pemantauan rutin. Pertama, memiliki orang tua, saudara kandung, atau kerabat dekat dengan riwayat kanker usus besar (faktor genetik), pernah terdiagnosa polip pada usus besar, pernah menjalani terapi radiasi pada area perut atau pelvis.
Kedua, menjalankan gaya hidup tidak sehat seperti merokok, pola makan tidak sehat, kurang olahraga, dan konsumsi alkohol berlebih. Selanjutnya, diabetes dan obesitas.
Penanganan Kanker Kolorektal
Sebelum menjadi kanker kolorektal, polip ini umumnya ada di usus besar selama bertahun-tahun. Kanker kolorektal atau kanker usus besar-rektum terkadang didiagnosis pada orang yang telah mengabaikan pendarahan selama bertahun-tahun karena mereka menganggap itu dari wasir.
Itulah sebabnya, dr. Sjaiful Bachri, Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Digestif, Mayapada Hospital Bogor, menyarankan bahwa apabila seseorang mengalami pendarahan dubur harus segera berkonsultasi dengan dokter untuk menentukan penyebabnya.
"Bila polip ditemukan, polip dapat diangkat dari usus besar, sehingga mencegah perkembangan menjadi kanker. Dan jika kanker kolorektal didiagnosis lebih awal, seringkali dapat diobati," jelasnya.
Hal itu juga diamini oleh dr. Taufik Budi Satrio, Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Digestif, Mayapada Hospital Tangerang.
"Jika kanker kolorektal telah didiagnosis sejak dini alih-alih wasir, maka kanker usus besar dapat diobati dengan operasi kolorektal, baik secara operasi terbuka [laparotomi] maupun bedah minimal invasif laparoskopi disesuaikan dengan lokasi dan stadium kanker usus besar," tambahnya.
dr. Aditomo Widarso, Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Digestif, Mayapada Hospital Jakarta Selatan, menambahkan bahwa penentuan jenis tindakan pengobatan tentunya disesuaikan dengan stadium kanker, apakah sudah ada penyebaran, dan melihat kondisi pasien secara keseluruhan.
"Jika masih dalam stadium awal, tindakan kuratif [pengobatan] masih dapat dilakukan, baik dengan pembedahan usus untuk membuang kanker, kemoterapi, radioterapi, atau kombinasi terapi tersebut. Dengan deteksi dini dan penemuan kanker usus besar dalam kondisi stadium awal, akan meningkatkan kemungkinan keberhasilan untuk sembuh," tegasnya.
Gastrohepatologi Center Mayapada Hospital adalah layanan komprehensif bagi pasien dewasa dan anak-anak untuk penyakit gangguan pencernaan mulai dari kerongkongan, lambung, usus kecil dan usus besar, serta termasuk kasus yang melibatkan gangguan pankreas, hati dan kantung empedu.
Layanan mulai dari deteksi dini, diagnosis, dan tindakan pembedahan dengan didukung dengan peralatan terkini, fasilitas penunjang yang lengkap serta tim dokter subspesialis yang ahli dan kompeten di bidangnya. Antara lain Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Gastroenterohepatologi, Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Digestif, Dokter Spesialis Anak Konsulltan Gastrohepatologi, serta Dokter Spesialis Bedah Anak.
Jika memerlukan konsultasi lebih lanjut terkait hal ini, dapat mengirimkan direct message (DM) melalui IG Mayapada Hospital berikut.
(aor)