Selama ini, alkohol kerap disebut sebagai penyebab sakit kanker hati. Namun bukan satu-satunya, karena kanker hati juga berkaitan langsung dengan akumulasi penumpukan lemak di hati, yang berhubungan dengan obesitas dan diabetes.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Gastroenterologi-Hepatologi Mayapada Hospital Tangerang, dr. Hendra Nurjadin, SpPD, KGEH menjelaskan, sirosis hati tak hanya disebabkan oleh konsumsi alkohol berlebih. Pada banyak kasus, ditemukan bahwa sirosis disebabkan oleh penyakit hati yang tidak berhubungan dengan alkohol atau disebut Nonalcoholic Steatohepatitis (NASH), yaitu terjadinya penumpukan lemak di hati yang berhubungan dengan obesitas, sindrom metabolik dan diabetes.
"Infeksi hepatitis B dan C yang banyak terjadi di Indonesia juga merupakan penyebab banyaknya sirosis hati yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kasus kanker hati, di mana sebenarnya hepatitis B ini dapat dicegah dengan vaksinasi dan hepatitis C dapat dengan mudah diobati, cukup hanya 3 bulan saja dengan obat-obatan antivirus yang baru," kata dr. Hendra.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara umum, kanker hati terbagi jadi dua macam. Pertama, kanker hati primer yang terjadi akibat perubahan sel-sel hati normal menjadi abnormal. Kedua, kanker hati yang berasal dari penyebaran kanker dari organ lain seperti usus besar, paru-paru, atau payudara.
Data Global Cancer Observatory pada 2020 mencatat, kanker hati menjadi salah satu dari 4 penyebab kematian akibat kanker yang paling sering terjadi di Indonesia. Kanker hati primer terbanyak adalah hepatocellular carcinoma (HCC), dengan mayoritas penderita memiliki penyakit hati kronis seperti sirosis hati, yaitu pembentukan jaringan parut di hati.
Diagnosa dini disebut sebagai kunci utama penanganan penyakit kanker hati. Hal itu turut disepakati oleh Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Gastroenterologi-Hepatologi Mayapada Hospital Jakarta Selatan, Prof. Dr. Abdul Aziz Rani, Sp.PD-KGEH dan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Gastroenterologi-Hepatologi Mayapada Hospital Kuningan, dr. Kaka Renaldi, Sp.PD-KGEH.
"Deteksi dini dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kesehatan rutin, termasuk pemeriksaan hepatitis, pemeriksaan rutin USG hati, serta pemeriksaan darah fungsi hati termasuk penanda tumor AFP (Alfa Feto Protein). Dan bagi seseorang yang sudah menderita hepatitis B dan C serta memiliki fungsi hati yang abnormal, penting menjalani pemantauan rutin minimal enam bulan sekali," papar dr. Kaka.
Prof. Dr. Abdul menambahkan, pilihan terapi kanker hati sebagai pengobatan bergantung pada stadium kanker. Semakin kecil ukuran tumor dan semakin rendah stadium kanker, ditambah fungsi hati dan kondisi kesehatan yang baik, maka kanker hati dapat dioperasi.
Masalahnya, lanjut Dr. Abdul, di Indonesia banyak pasien yang datang terlambat. Selain tidak melakukan medical check-up secara berkala, pasien juga kerap menduga sakit yang dirasa sebagai sakit maag dan hanya menjalani pengobatan maag.
"Setelah penyakit menjadi berat dan keluhan menjadi semakin nyata seperti nyeri pada perut, perut membesar, mudah memar dan perdarahan, kulit dan mata menguning, serta penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya, barulah pasien datang, padahal pasien datang dalam kondisi sudah stadium lanjut," ujarnya.
Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedan Digestif - Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr. Rofi Yuldi Saunar, Sp.B-KBD mengatakan, perlu dilakukan penelusuran menyeluruh mengenai kondisi setiap pasien dari berbagai sudut pandang. Seperti juga kanker yang beragam, pengobatannya pun berbeda-beda.
Penelusuran menyeluruh itu bertujuan agar penanganan kanker hati dapat disusun sesuai kebutuhan individu, atau tailored cancer treatment. Karena peran tumor board yang penting, Mayapada Hospital selalu merencanakan perawatan terbaik dan ideal bagi setiap individu pasien sebagai tim melalui pertemuan rutin.
Adapun tim yang terlibat dalam tumor board untuk penanganan kanker hati, termasuk dokter bedah digestif, dokter spesialis penyakit dalam konsultan hematologi onkologi, patologi anatomi, radiologi, radiasi onkologi, hingga anestesi, serta spesialisasi lain sesuai kebutuhan dan kondisi pasien.
dr. Rofi menegaskan, pasien akan menerima penjelasan tentang rekomendasi tatalaksana seperti yang didiskusikan dalam tumor board, termasuk pertimbangan tatalaksana yang dibuat berdasarkan tinjauan dari sejumlah panduan, antara lain strategi Barcelona Clinic Liver Cancer (BCLC).
"Namun selain itu, untuk menentukan apakah suatu kanker hati memenuhi syarat untuk operasi reseksi hati, perlu untuk mempertimbangkan beban tumor juga fungsi hati, luasnya jaringan hati yang dipotong dan volume sisa hati yang diharapkan di masa depan, serta adanya tidaknya hipertensi portal dan komorbiditas dari pasien," katanya.
Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Digestif - Mayapada Hospital Kuningan, dr. Agung mengungkapkan, ada pilihan terapi lain bagi pasien yang tidak dapat menjalani reseksi atau pengangkatan tumor. Misalnya, transplantasi hati, terapi ablasi, terapi embolisasi, serta sistemik.
"Sementara itu, pada pasien stadium terminal, perawatan yang diberikan adalah best supportive care yaitu perawatan suportif untuk mendukung kesehatan pasien yang terdiri dari perawatan paliatif yang tepat tanpa terapi antikanker lainnya," ujar dr. Agung.
Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Digestif - Mayapada Hospital Tangerang, dr. Dion Ade Putra, Sp.B-KBD menekankan, pemeriksaan kesehatan yang dilakukan secara rutin dapat memperpanjang kehidupan. Dengan pemeriksaan kesehatan berkala, ada banyak penyakit yang dapat diketahui sejak awal, sehingga mendapatkan penanganan yang lebih maksimal.
"Untuk mengurangi risiko kanker hati mulailah dengan menjaga berat badan yang sehat dan ideal, lakukan vaksinasi terhadap Hepatitis B, lakukan tes Hepatitis C, jangan merokok, atau berhenti jika Anda melakukannya, hindari minum terlalu banyak alkohol," katanya.
Jangan ragu melakukan deteksi sakit sedini mungkin agar terhindar dari risiko yang lebih serius. Konsultasikan gejala yang Anda rasakan sekarang juga dengan dokter melalui tautan ini, dan dapatkan voucher diskon pemeriksaan medical check up.
Menjaga kesehatan masyarakat Indonesia, Mayapada Hospital menyediakan Gastrohepatologi Center yang memberi layanan komprehensif bagi pasien dewasa dan anak-anak dengan keluhan sakit gangguan pencernaan, mulai kerongkongan, lambung, usus kecil dan usus besar, serta termasuk kasus yang melibatkan gangguan pankreas, hati dan kantung empedu.
Layanan tersebut mencakup deteksi dini, diagnosis, dan tindakan pembedahan dengan didukung dengan peralatan terkini, fasilitas penunjang yang lengkap serta tim dokter subspesialis yang ahli dan kompeten di bidangnya, seperti Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Gastroenterohepatologi, Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Digestif, Dokter Spesialis Anak Konsultan Gastrohepatologi, serta Dokter Spesialis Bedah Anak.
(rea)