Jakarta, CNN Indonesia --
Alkisah, seorang pria dengan gagah berani mengecoh pemimpin Yaman, Abrahah, yang ingin menghancurkan Ka'bah. Alih-alih meminta Abrahah untuk mengurungkan niatnya, pria itu justru meminta 200 ekor unta miliknya dikembalikan.
Ia adalah Abdul Muthalib atau Syaibah bin Hasyim, kakek dari Nabi Muhammad SAW.
Abdul Muthalib lahir di Yathrib pada tahun 497 dengan nama Syaibah bin Hasyim. Nama Abdul Muthalib sendiri didapat saat ia dibesarkan oleh sang paman, Muthalib bin Abdul Manaf, selepas kepergian kedua orang tuanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kala itu, Muthalib dan Syaibah kerap bepergian bersama. Banyak masyarakat yang mengira bahwa Syaibah merupakan budak Muthalib. Dari sanalah, nama Abdul Muthalib muncul dan melekat pada diri Syaibah.
Sebagai salah satu pemimpin suku Quraisy, Abdul Muthalib dikenal sebagai sosok yang keras, namun lembut hatinya. Ia juga dikenal begitu gagah berani.
Dengan nyalinya yang tinggi itu pula, Abdul Muthalib berani menghadapi Abrahah, yang dikenal menakutkan dan memiliki pasukan perang yang hebat. Suku Quraisy yang dipimpinnya bukan lawan seimbang untuk mereka.
Dikisahkan, Abrahah sang pemimpin Yaman, berencana untuk merobohkan Ka'bah. Rencana itu muncul karena keinginannya untuk mengubah arah kiblat, dari Ka'bah di Mekah menjadi Yaman.
 Ilustrasi. Kakek Nabi Muhammad, Abdul Muthalib, berani menghadapi Abrahah yang ingin menghancurkan Ka'bah. (BANDAR ALDANDANI / AFP) |
Kala tiba di wilayah Quraisy untuk melancarkan niatnya, jajaran pasukan Abrahah mencuri harta para penduduk. Sebanyak 200 ekor unta milik Abdul Muthalib pun turut dirampas.
Tak terima dengan perampasan tersebut, Abdul Muthalib memberanikan diri untuk menemui Abrahah.
Kala itu, Abrahah berpikir bahwa Abdul Muthalib datang untuk mencoba menggagalkan niatnya menghancurkan Ka'bah. Tapi, dugaan Abrahah salah.
Alih-alih meminta Abrahah untuk menghentikan niatnya, Abdul Muthalib justru datang untuk meminta Abrahah mengembalikan 200 ekor unta miliknya yang dirampas.
Simak kisah kakek Nabi Muhammad SAW, Abdul Muthalib di halaman berikutnya..
Abrahah, yang semula menaruh hormat pada Abdul Muthalib, merasa kecewa dengan permintaan tersebut.
"Aku pada mulanya kagum kepadamu. Tetapi kekagumanku sirna setelah engkau meminta 200 ekor untamu itu dan tidak menyinggung tentang rumah yang engkau dan leluhurmu agungkan, dan yang aku datang untuk merubuhkannya," ujar Abrahah dalam buku Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW (2018) yang ditulis M Quraish Shihab.
Mendengar komentar Abrahah yang angkuh, Abdul Muthalib hanya menjawab, "Unta-unta itu aku pemiliknya. Sedangkan Rumah itu [Kabah] juga ada pemiliknya yang akan membelanya."
Abdul Muthalib pun mempersilakan Abrahah untuk melanjutkan misinya.
Abrahah kemudian mengembalikan 200 ekor unta yang diminta. Unta-unta tersebut kemudian disembelih sebagai persembahan untuk Kabah, yang dilakukannya sembari berdoa kepada Allah SWT agar menjaga Kabah dari serangan Abrahah.
Anehnya, saat pasukan Abrahah mulai bergerak maju melanjutkan misinya, gajah yang ditumpanginya tak mau bergerak ke arah Kabah. Allah SWT mengirimkan burung-burung ababil dan membuat Abrahah beserta pasukannya pun tewas.
Hampir Mengurbankan Sang Anak
 Ilustrasi. Kakek Rasulullah SAW, Abdul Muthalib, juga pernah hampir mengurbankan anaknya sendiri. (iStockphoto/sguler) |
Suatu ketika, Abdul Muthalib pernah bernazar. Jika Allah SWT memberikannya 10 keturunan, maka ia akan mengurbankan anaknya yang terakhir.
Allah SWT mengabulkan doanya. Abdul Muthalib pun diberikan 10 keturunan. Abdullah bin Abdul Muthalib adalah anak yang paling bontot. Ia juga merupakan ayah Rasulullah SAW.
Abdul Muthalib pun bimbang. Meski Abdullah bersedia untuk dikurbankan, tak tega hati dirinya untuk menyembelih putra kesayangannya.
Hingga akhirnya, seseorang mengusulkan Abdul Muthalib untuk mengundi antara nama Abdullah dengan unta.
Pada awal pengundian, nama Abdullah selalu muncul. Namun, saat Abdul Muthalib menambah jumlah unta yang dikurbankan menjadi 100 ekor, barulah nama unta yang terpilih dalam undian.
Abdul Muthalib pun tak jadi mengurbankan Abdullah.