Mematahkan Mitos Santan jadi Biang Kerok Kolesterol Naik PascaLebaran

CNN Indonesia
Senin, 02 Mei 2022 08:44 WIB
Sudah siap 'menghajar' semua santapan bersantan saat Lebaran? Awas kolesterol. Tapi benarkah santan adalah biang kerok tunggal pemicu kenaikan kolesterol?
Sudah siap 'menghajar' semua santapan bersantan saat Lebaran? Awas kolesterol. Tapi benarkah santan adalah biang kerok tunggal pemicu kenaikan kolesterol? (iStock/Jirakan)
Jakarta, CNN Indonesia --

Apalah arti perayaan Lebaran tanpa menu serba santan? Sebut saja gulai kambing, opor ayam, rendang sampai es dawet cendol.

Tak heran banyak yang mengingatkan untuk berhati-hati menyantap hidangan Lebaran yang kaya santan lantaran ancaman kolesterol.

Namun benarkah santan adalah biang kerok tunggal pemicu kenaikan kolesterol?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Susianto, President World Vegan Organization, mengatakan selama ini memang ada kesalahpahaman perihal asam lemak jenuh. Selama ini, semua asam lemak jenuh dianggap sama baik asam lemak jenuh pada produk nabati maupun hewani. Padahal, asam lemak jenuh pada santan berbeda.

Menurut dia, kandungan lemak pada santan jauh lebih sedikit ketimbang minyak sebab santan banyak mengandung air. Dari sekitar 240 g santan, lebih dari separuhnya berupa air (164,71 g).

"Inilah yang membedakan antara minyak kelapa dan minyak jenuh pada hewani seperti asam stearat [berupa] long chain fatty acid di atas 14. Namun pada minyak kelapa atau santan itu medium chain fatty acid (MCFA). Dia hanya memiliki 12 rantai karbon," katanya.

"Lemak jenuh pada santan sangat spesifik, karena nabati jadi enggak punya kolesterol. Hanya makhluk yang punya hati (liver) yang menghasilkan kolesterol," jelas Susianto dalam webinar bersama Indonesian Gastronomy Network beberapa waktu lalu.

Secara teori, asam lemak jenuh akan dimetabolisme menjadi kolesterol. Namun ini hanya terjadi pada asam lemak jenuh rantai panjang. Pada asam lemak jenuh rantai medium seperti pada santan, ini akan dimetabolisme menjadi energi atau kalori.

Dia melanjutkan, sebuah riset pada minyak kelapa ternyata tidak menaikkan LDL (low density lipoproteins) atau sering disebut kolesterol jahat, tetapi menaikkan HDL (high density lipoproteins) alias kolesterol baik. HDL berfungsi layaknya sapu yang menggiring LDL ke liver untuk dipecah dan dimetabolisme lagi.

"Jadi dia [minyak kelapa atau santan] bukan faktor risiko penyakit jantung tapi menurunkan faktor risiko penyakit jantung," imbuhnya.

(els/chs)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER