Dua orang yang pernah memiliki trauma masa lalu, baik itu berupa kekerasan, bullying, atau ditinggalkan orang yang mereka sayangi bisa memicu hubungan beracun di masa depan. Rasa takut dan pandangan yang salah akan sesuatu memicu mereka membentuk hubungan beracun.
"Ambil contoh waktu kecil seseorang sering ditinggalkan karena perceraian atau hal lain. ketika dewasa dia bisa memiliki kecenderungan over proteksi terhadap pasangan, cemburu berlebihan karena pikirannya dihantui akan ditinggalkan," kata Kanti.
Begitu juga dengan tindakan kekerasan. Bisa jadi, saat kecil orang tersebut hanya tahu bahwa menyelesaikan segala sesuatu adalah dengan memukul, membentak atau bahkan mendorong dan menampar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah dewasa dia akan berpikir dengan melakukan cara yang sama terhadap pasangannya, maka dia memiliki kuasa penuh atau kendali penuh agar pasangannya selalu menuruti apa yang dia inginkan.
"Jadi dia salah mengartikan kekerasan sebagai bentuk penyampaian rasa sayang, rasa ingin memiliki sepenuhnya," kata dia.
Hubungan beracun atau toxic relationship akibat trauma masa lalu tentu bisa dihilangkan atau ditiadakan sama sekali. Hanya saja hal ini menurut Kanti harus sepenuhnya berdasar pada keinginan orang yang memiliki trauma.
Individu yang pernah mengalami trauma harus menyadari bahwa situasi yang dialami tidak wajar dan bisa meracuni hubungan harmonis yang selama ini dia impikan.
Di sisi lain, jika dalam hubungan tersebut hanya satu pihak yang pernah memiliki trauma, pihak lain harus selalu mendampingi pasangannya yang tengah berusaha menghilangkan rasa traumanya.
"Bisa dengan menemani ke psikolog, tidak pernah menghakimi, meskipun memang batas sabar ada tapi mendengarkan dan menerima apapun yang dimiliki pasangan bisa jadi kunci penyembuhan," kata dia.
Selain itu, jika kedua pasangan memang memiliki masalah yang sama, keduanya harus sadar dan siap melakukan konsultasi dengan profesional.
(tst/chs)