Hepatitis akut misterius telah masuk ke Indonesia. Sejumlah kasus pada anak diduga terkait dengan hepatitis akut.
Hingga saat ini, penyebab hepatitis akut belum diketahui dengan pasti. Namun, sejumlah ahli menduga kasus ini disebabkan oleh Adenovirus.
Apa pun penyebabnya, hepatitis akut perlu ditangani. Pasalnya, dalam kondisi yang parah, pasien berisiko tidak tertolong. Beberapa pasien yang diduga terkait hepatitis akut bahkan dilaporkan meninggal dunia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita perlu meningkatkan kewaspadaan dan melakukan tindakan pencegahan," tulis PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dalam unggahan Instagram-nya, Rabu (11/5).
Orang tua disarankan untuk mengetahui alur pemeriksaan kasus probable hepatitis akut.
Probable sendiri berarti seseorang dengan kemungkinan hepatitis akut atau tidak ditemukan virus A, B, C, D, dan E, namun memiliki kadar SGPT dan SGOT yang melebihi 500 IU/L. Pasien setidaknya berusia kurang dari 16 tahun sejak 1 Oktober 2021.
Berikut alur periksa hepatitis akut diambil dari Instagram PB IDI.
PB IDI merekomendasikan anak, khususnya berusia kurang dari 16 tahun, yang mengalami gejala hepatitis akut, untuk segera melakukan pemeriksaan SGPT dan SGOT.
Beberapa gejala hepatitis akut di antaranya sebagai berikut:
- mata dan kulit menguning;
- sakit perut akut;
- mual dan muntah;
- penurunan kesadaran/kejang;
- lesu.
Sebagai tambahan, beberapa pasien juga melaporkan adanya gejala demam, penurunan nafsu makan, dan nyeri sendi.
SGPT dan SGOT merupakan enzim yang berhubungan dengan kerusakan sel hati. Saat ada kerusakan pada hati, kedua enzim tersebut dilepas dan kadarnya dalam darah akan meningkat.
Apabila kadar SGPT dan SGOT berada di atas 500 IU/L, maka anak disarankan untuk kembali melakukan pemeriksaan.
Selanjutnya, pasien akan disarankan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium lanjutan. Berikut daftarnya:
- IgM anti-HAV atau pemeriksaan antibodi terhadap virus hepatitis A;
- HBsAg atau pemeriksaan terhadap kemungkinan hepatitis B;
- IgM anti-HBc atau pemeriksaan antibodi terhadap virus hepatitis B, dilakukan jika pemeriksaan HBsAg positif;
- Anti-HCV atau HCV RNA atau pemeriksaan terhadap kemungkinan hepatitis C;
- IgM anti-HDV atau pemeriksaan antibodi terhadap virus hepatitis D, dilakukan jika pemeriksaan HBsAg positif;
- IgM anti-HEV atau pemeriksaan antibodi terhadap virus hepatitis E.
Namun, pemeriksaan untuk hepatitis D dan E bisa dikesampingkan terlebih dahulu karena belum tersedia secara luas di Indonesia.
Seorang pasien akan dinyatakan probable hepatitis akut jika hasil pemeriksaan setidaknya menunjukkan hasil berikut:
- IgM anti-HAV yang dinyatakan negatif;
- HBsAg dan IgM anti-HBc yang negatif;
- Anti-HCV atau HCV RNA yang dinyatakan negatif;
Screening awal pada kemungkinan hepatitis A, B, dan C dinyatakan sudah cukup untuk menyatakan kasus probable hepatitis akut.
(asr)