Ada beberapa hal yang bisa meningkatkan seseorang mengalami smiling depression. Berikut di antaranya.
Seperti depresi lainnya, smiling depression dapat dipicu oleh situasi atau sebuah perubahan besar dalam hidup. Misalnya saja hubungan yang gagal bersama pasangan, kehilangan pekerjaan, hingga kehilangan orang-orang yang disayang.
Lihat Juga : |
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setiap pribadi akan mengalami depresi dengan cara yang berbeda. Para peneliti percaya, perbedaan ini disebabkan oleh fokus setiap individu yang berbeda-beda.
Ada individu yang berorientasi pada kondisi eksternal (lingkungan sosial), ada juga mereka yang berfokus pada situasi internal (dalam diri atau pribadi). Orang yang berorientasi pada kondisi eksternal umumnya tidak akan fokus dan sadar penuh pada keadaan emosi dirinya sendiri.
Di beberapa budaya, masalah stigma juga kerap jadi soal. Misalnya, mengekspresikan emosi akan dianggap sebagai bentuk mencari perhatian atau memperlihatkan kelemahan diri.
Hal-hal seperti di atas, sering kali membuat seseorang pada akhirnya terpaksa menyembunyikan emosi diri yang sebenarnya.
Di zaman kiwari, media sosial punya peran penting dalam kehidupan sehari-hari. Media sosial memberikan realitas alternatif di mana kehidupan semua orang seolah terlihat berjalan dengan baik. Namun, benarkah demikian?
Banyak orang enggan membuat unggahan yang memperlihatkan rasa sedih. Alih-alih demikian, banyak orang justru memilih untuk berbagi momen bahagianya.
Kondisi ini dapat menciptakan kekosongan realitas yang memberikan lebih banyak ruang untuk terbentuknya smiling depression.
(asr)