Anda pasti pernah dengar ungkapan di antara perokok bahwa 'lebih baik tidak makan daripada tak merokok.'
Nyatanya hal ini masih jadi kenyataan di Indonesia. Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengatakan tingginya angka perokok ini juga berpengaruh terhadap kehidupan sosial, ekonomi dan pemenuhan gizi keluarga.
Dia mengungkapkan para perokok lebih pilih merokok dibanding memenuhi kebutuhan makanan bergizi buat keluarga. Satu hal yang menjadi masalah adalah 70 juta orang Indonesia adalah perokok, dengan rata-rata perokok adalah pria, menurut Survei teranyar yang dilakukan Global Adults Tobacco Survey (GATS).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat ini belanja rokok lebih tinggi dari makanan bergizi, bayangkan makanan yang harusnya untuk kebutuhan keluarga malah dipakai bapaknya atau ibunya untuk membeli rokok," kata Dante dalam acara Peluncuran Data Hasil Survei GATS dalam Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia, Selasa (31/5).
Survei yang dilakukan GATS pada 2021 lalu disebutkan bahwa jumlah rata-rata yang bisa dihabiskan seseorang untuk merokok 12 batang rokok kretek sebanyak Rp 14.867. Jika dikalikan dengan kebutuhan sebulan maka minimal uang rokok saja adalah Rp 382 ribu.
Dante mengungkapkan, uang sebesar itu bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga, misal membeli telur, sayuran, buah-buahan atau jenis protein hewani seperti ayam atau daging sapi.
Pada data yang dikeluarkan GATS, jumlah perokok dewasa di Indonesia dalam kurun waktu 10 tahun ini meningkat sebanyak 8,8 juta orang. Total jumlah perokok dewasa sebanyak 69,1 juta orang dan delapan juta orang dalam 10 tahun terakhir telah meninggal dunia akibat penyakit yang muncul karena rokok.
(tst/chs)