'Saya Itu Seorang Istri, Bukan Boneka Seks Suami'
"Dikit-dikit nyentuh, dikit-dikit pegang sana, pegang sini."
Dahayu (35, bukan nama sebenarnya) menggerutu karena kebiasaan suami yang kerap seenak udel menyentuh bagian-bagian sensitif tubuhnya. Sentuhan itu sering kali muncul tak kenal waktu.
Hampir dua tahun menikah, Dahayu merasa menjadi objek seks sang suami.
Mulanya adalah cerita bahagia. Impian rumah tangga yang mempesona dan bergairah itu muncul pada awal 2020 lalu saat Dahayu dan suaminya mengucap janji suci pernikahan.
Gairah itu mulanya menggebu-gebu. Betapa tidak, selain sudah haqqul yakin pada pilihannya, Dahayu juga punya ketertarikan fisik yang kuat pada suaminya.
Rambut acak-acakan berponi, kacamata bingkai tebal, hingga sikap centil dan petakilan suami kerap bikin Dahayu menggebu-gebu.
"Dulu, tuh, kalau lihat suami, rasanya gemas banget. Kayaknya dulu, tuh, kami saling menginginkan satu sama lain," ujar Dahayu bercerita pada CNNIndonesia.com di Bandung, beberapa waktu lalu. Wajahnya berseri, pipinya memerah malu mengingat masa-masa penuh gelora itu.
Tapi, masa-masa bergelora itu sayangnya cuma bertahan beberapa bulan. Rasa menggebu-gebu itu berubah menjadi sesuatu yang dirasa Dahayu berlebihan, bahkan membuatnya takut. Api panas gairah itu seolah selalu berkobar kencang di wajah suami saat memandanganya.
Dahayu perlahan ketakutan.
Hampir setiap hari suami Dahayu minta 'jatah'. Tak peduli Dahayu sedang kelelahan setelah kerja, atau kondisi tubuhnya yang sedang tidak fit.
"Saya kaget, sih. Lama-lama rasanya takut, kok kayak gitu banget?"
Padahal, saat keduanya masih berpacaran, pria itu memperlakukan Dahayu dengan sangat baik. Jangankan berlaku kasar, ingin mencium bibir Dahayu yang mungil saja, terlebih dahulu si pria meminta izin.
Namun, sikap sopan itu berubah menjadi ganas setelah sekitar tiga bulan pernikahan. Dahayu tak tahu apa yang membuat suaminya seperti itu.
"Ya, mungkin itu yang dibilang orang-orang, sifat seseorang saat jadi pacar dan saat jadi suami bakal beda jauh," ujar Dahayu.
Sang suami kerap menyentuh bagian-bagian sensitif tubuh Dahayu seenak udel. Semua itu dilakukan suaminya secara tiba-tiba dan tanpa mengenal waktu serta kondisi.
Lihat Juga : |
Tindakan-tindakan tak senonoh itu dilakukan kapan saja. Saat Dahayu sedang melipat baju, membaca buku, memasak, atau bahkan saat sedang menyelesaikan pekerjaan kantornya yang tersisa.
"Kayaknya dia, tuh, selalu nafsu setiap ngelihat saya. Menyeramkan," kata Dahayu. Wajahnya meringis ngeri, dahinya berkerut hingga kedua alis tampak menyatu.
Dahayu kesal bukan main. Di mata Dahayu, wajah suaminya yang menggemaskan berubah menjadi wajah pria dengan dua tanduk iblis di kepalanya yang tersenyum menyeringai.
"Jangan mentang-mentang udah jadi suami terus bisa sentuh badan saya sana sini dengan bebas tak kenal waktu," kata Dahayu dengan nada tinggi.
Pernah juga suatu hari suami mengajak berhubungan badan saat Dahayu sedang sakit. Sambil merasakan ngilu-ngilu di tubuhnya, Dahayu menolak ajakan tersebut. Suami marah hingga berujung sebuah pertengkaran.
"Gila, ya, masak saya lagi sakit juga harus ngelayanin dia," ujar Dahayu marah. Tangan kanannya sedikit menggebrak meja.
Lihat Juga :Sudut Cerita 'Pelan-pelan Alya! Lambat Tak Berarti Bodoh' |
Yang jadi masalah, hasrat suami yang seenaknya itu dirasa tak sebanding dengan apa yang didapat Dahayu sebagai seorang istri.
Perhatian? Ah, sedikit sekali. Saat Dahayu jatuh sakit saja, suami tak peduli. Ia bahkan asyik kongko bersama teman-temannya hingga larut malam. Padahal di rumah, Dahayu merintih kesakitan. Pertanyaan soal bagaimana kabar Dahayu pun tak keluar dari mulut sang suami saat pulang.
Jika Dahayu melarang suami untuk keluar karena alasan sakit, maka ia akan dianggap mengekang.
Simak kisah selengkapnya di halaman berikutnya..