Pada 13 September 1991 Candi Borobudur ditetapkan sebagai salah satu Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO setelah melalui proses yang cukup panjang untuk kemudian dianggap memenuhi kriteria Nilai Universal Luar Biasa.
Dilansir dari website resmi Kementerian Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan, setelah ditetapkan sebagai salah satu Warisan Budaya Dunia, ada berbagai rintangan yang harus dihadapi agar Borobudur bisa tetap lestari.
Berbagai ancaman ini meliputi integritas dan otentisitas situs, misalnya perkembangan komersial di kawasan Borobudur dan dampak kunjungan pariwisata. Selain itu permasalahan kerangka legal pengelolaan Borobudur yang lemah juga memberikan ancaman secara signifikan terhadap kelestarian situs.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di laman resmi UNESCO World Heritage Convention juga menyebut, ancaman terhadap kelestarian situs yang juga bisa membahayakan nilai universal dari Borobudur itu sendiri memang terus bermunculan. Ancaman bahkan datang dari pariwisata.
Ancaman yang paling nyata hingga bisa merusak batu bangunan yang disebabkan oleh pengunjung yang tidak diawasi. Kerusakan juga bisa terjadi karena letusan gunung merapi seperti yang pernah terjadi pada tahun 2010.Walau begitu, candi yang disebut-sebut memiliki koleksi relief Buddha terlengkap dan terbanyak di dunia ini bisa tetap lestari dan menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia hingga saat ini.
Lalu menyoal tiket Borobudur naik jadi Rp750 ribu, apa sebenarnya yang melatari hal ini? Apakah kondisi Borobudur mengkhawatirkan?
Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Agung Hardjono menyebut kondisi Candi Borobudur mengkhawatirkan.
"Posisi candi menurut beberapa sumber kami semakin mengkhawatirkan, ada penurunan karena beban pengunjung yang berlebihan sehingga perlu pembatasan jumlah pengunjung yang naik candi," kata Agung melalui pesan singkat kepada CNNIndonesia.com, Senin (6/6).
Agung menyampaikan kebijakan itu juga untuk mengurangi aktivitas wisatawan yang tak pada tempatnya. Dia mencontohkan perilaku buang sampah sembarangan di candi yang masih banyak dilakukan.
(tst/chs)