6 Warisan Budaya Dunia yang Batasi Pengunjung agar Lestari
Wacana kenaikan harga tiket naik Candi Borobudur Rp750 ribu akhirnya ditunda.
"Kami postpone dulu. Tadi Pak Menteri (Luhut Binsar Panjaitan) sudah menyampaikan, 'Pak Gub itu kita postpone dulu, biar tidak terjadi cerita yang ke mana-mana'," kata Ganjar seperti dikutip dari Antara, Selasa (7/6).
Salah satu alasan rencana kenaikan harga tiket ini untuk memfilter dan membatasi pengunjung agar candi tetap terjaga kelestariannya. Hanya saja pembatasan jumlah pengunjung bukan hal baru bagi beberapa warisan budaya dunia yang juga menjadi lokasi wisata.
Tak dimungkiri, over tourism memang bisa mengancam kelestarian situs yang bersejarah dan kaya akan warisan budaya.
Berikut destinasi wisata dunia yang memberlakukan pembatasan jumlah pengunjung.
1. Tembok Besar Badaling - China
Tembok Besar China terbentang sepanjang 6 ribu km dengan 10 titik masuk yakni, Mutianyu, Jinshanling, Jiankou, Simatai, Huanghuacheng, Gubeiku, Juyongguan, Huangyaguan, Shanhaiguan dan Badaling.
Badaling merupakan titik masuk yang paling populer dan terkenal penuh sesak turis baik lokal maupun mancanegara. Namun sejak 2019, pihak berwenang di Badaling menetapkan kuota harian sebanyak 65 ribu pengunjung.
Pembatasan ini terjadi imbas dari pedoman nasional yang rilis pada 2015 di mana menyebut kapasitas optimal untuk berbagai situs wisata China. Tembok Besar Badaling, misal, seharusnya tiap 1 meter persegi hanya untuk satu pengunjung.
"Jumlah wisatawan yang mengunjungi Area Pemandangan Tembok Besar Badaling sangat besar. Sekitar 10 juta pengunjung ke Badaling tahun lalu," ujar wakil direktur Kantor Distrik Badaling Chen Fei pada Radio Beijing Corporation, seperti dikutip dari CNN.
2. Machu Picchu - Peru
Machu Picchu merupakan kota mistik warisan suku Inca kuno. Kota ini pun diakui sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO sekaligus New 7 Wonder of The World.
Demi melindungi dan menjaga kelestarian bangunan bersejarah di sana, pengunjung dibatasi maksimal sebanyak 4 ribu orang per hari. Situs biasanya dibuka pukul 6 pagi dan turis sudah berjajar antre. Meski diberi batasan lama kunjungan selama 4 jam, pengunjung kerap berbuat sesuka hati.
Kemudian imbas pandemi, situs ditutup pada Maret 2020. Seperti dilansir dari World Nomads, empat bulan pasca penutupan, pihak berwenang Peru memutuskan maksimal jumlah pengunjung sebanyak 2.244 orang per hari saat situs kembali dibuka.
Tiket tidak bisa dibeli di tempat sehingga Anda perlu reservasi beberapa bulan sebelum kunjungan.