Pandemi ternyata juga menimbulkan berbagai masalah pubertas dini buat anak perempuan. Pubertas merupakan salah satu tahapan perkembangan anak.
Gara-gara pandemi, pubertas terjadi secara dini, terutama pada anak perempuan. Menurut dokter spesialis anak, Aman Bhakti Pulungan, banyak pasien anak yang datang dengan keluhan tersebut selama pandemi Covid-19. Apa saja ciri-ciri pubertas dini?
"Selama pandemi ini saya banyak pasien anak yang konsul karena haid lebih cepat. Jadi sebelum 10,5 tahun. Jadi ini kita anggappremature menarcheatau haid dini," ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diungkapkannya, masa puber umumnya terjadi pada anak perempuan antara umur 8 sampai 13 tahun, namun pubertas dini terjadi ketika anak masih belum berusia 10 tahun tetapi sudah haid.
Yang jadi perhatian adalah masalah pertumbuhan tinggi badan anak. Ketika anak mengalami pubertas dini, maka kemungkinan untuk memiliki tubuh pendek makin besar.
"Masalah lainnya pada saat pertumbuhan payudara, tumbuh rambut kemaluan, rambut pubis dan haid, itu tinggi badan anak perempuan bertambahnya itu sekitar 16 cm sampai 24 cm. Rata-rata 20 cm," ungkapnya.
"Dan pada saat dia haid, itu nambahnya hanya sekitar 10 cm maksimal dan 1,5 tahun dia setop. Tergantung umur pubertasnya, kalau tingginya masih di bawah 130 cm nanti tingginya bisa 150 cm atau bisa di bawah itu," sambungnya.
Salah satu tanda anak perempuan mulai puber adalah saat payudaranya mulai mengeras.
Pesan Prof Aman, orang tua harus tahu kapan anak perempuannya mulai pubertas, yakni ketika payudaranya mulai mengeras. Lalu, apakah pubertas seiring waktu bertambah cepat?
"Data saya 2019, data haid anak-anak Jakarta itu 11 tahun 9 bulan, jadi anak obese lebih cepat memang pubertasnya," ungkapnya.
Lalu bisakah pubertas dini ini dicegah?
KLIK DI SINI UNTUK ARTIKEL SELANJUTNYA