Rekomendasi Sementara Vaksinasi Cacar Monyet dari WHO
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan panduan teranyar vaksinasi untuk penyakit cacar monyet. Penyakit yang disebabkan oleh virus Monkeypox ini tengah mewabah di sejumlah negara.
Cacar monyet memang kini tengah menjadi penyakit yang diwaspadai karena penularannya yang tergolong cepat. Sejak dilaporkan pertama kali pada April lalu, wabah cacar monyet hingga kini mencatat lebih dari 1.000 kasus di dunia.
Menukil laman resmi WHO, panduan ini dikeluarkan agar wabah bisa lebih terkendali. Salah satu bentuk pengendaliannya adalah dengan memberlakukan berbagai langkah kesehatan yang berlaku di masyarakat agar penyebaran bisa dihentikan.
"Penggunaan vaksin yang bijaksana dapat mendukung tanggapan ini," tulis WHO.
Berikut panduan yang direkomendasikan WHO berkaitan dengan vaksin cacar monyet.
1. Belum diperlukan vaksinasi massal
WHO mengatakan, vaksinasi massal belum diperlukan untuk menangani wabah ini.
2. Vaksin untuk orang-orang tertentu
Vaksin direkomendasikan untuk petugas kesehatan yang berisiko seperti petugas laboratorium yang bekerja dengan virus Orthopox, staf laboratorium klinis yang melakukan pengujian diagnostik untuk Monkeypox, dan orang lain yang mungkin berisiko sesuai kebijakan nasional.
3. Pengawasan dan pelacakan kontak
Program vaksinasi harus didukung oleh pengawasan menyeluruh dan pelacakan kontak, disertai dengan kampanye informasi yang kuat.
Lihat Juga : |
4. Bisa diberikan pada orang yang telah melakukan kontak
Vaksin bisa diberikan untuk orang yang telah melakukan kontak dengan pasien.
Dalam tindakan profilaksis pascapajanan ini, orang yang berkontak dengan pasien direkomendasikan mendapatkan vaksin generasi kedua atau ketiga yang sesuai.
Idealnya, vaksin diberikan dalam waktu empat hari setelah paparan pertama untuk mencegah timbulnya penyakit.
5. Penilaian risiko dan manfaat harus dipertimbangkan sebelum vaksinasi
Keputusan penggunaan vaksin cacar monyet harus didasarkan pada penilaian penuh risiko dan manfaat berdasarkan kasus per kasus.
"Panduan akan diperbarui saat lebih banyak informasi tersedia," kata WHO.
(tst/asr)