Jakarta, CNN Indonesia --
Kutil kelamin merupakan salah satu penyakit menular seksual yang kerap dialami wanita.
Sayangnya, kutil kelamin atau yang juga dikenal sebagai genital warts ini masih kerap disepelekan. Pasalnya, banyak kasus tidak menimbulkan gejala yang berarti hingga mengganggu kehidupan sehari-hari.
Padahal jika dibiarkan, penyakit ini sebenarnya cukup berbahaya. Sekitar 50 persen kasus kutil kelamin bisa bertransformasi menjadi penyakit ganas, salah satunya kanker serviks.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apa itu kutil kelamin?
Kutil kelamin bisa muncul setelah vagina atau tubuh seseorang terinfeksi Human Papillomavirus (HPV). Itulah yang jadi penyebab mengapa penyakit ini bisa berujung pada kanker serviks bila tidak ditangani dengan tepat.
Kutil kelamin oleh sebagian orang juga dikenal dengan sebutan penyakit kembang kol hingga jengger ayam. Sebutan ini muncul lantaran bentuk kutil kelamin yang memang seperti jengger ayam atau kembang kol jika telah tumbuh cukup banyak.
Hal yang harus diketahui adalah, kutil kelamin tidak hanya tumbuh di area kelamin wanita. Kutil juga bisa tumbuh di dubur bahkan mulut seseorang, tergantung pada proses penularan.
"Jika suka seks lewat anal, dia bisa tumbuh di dubur. Jika suka seks oral, maka bisa tumbuh di mulut," kata dokter spesialis kulit dan kelamin di Klinik Pramudia Amelia Soebyanto dalam webinar Kupas Tuntas soal Genital Warts, beberapa waktu lalu.
Siapa saja yang bisa terkena penyakit kutil kelamin?
Kutil kelamin bisa menyerang siapa saja. Mereka yang telah aktif secara seksual dan kerap berganti-ganti pasangan tentu memiliki risiko tinggi terkena penyakit ini.
Menurut Amelia, penyakit ini bahkan bisa menular ke bayi yang baru lahir.
"Kalau penularan ke bayi biasanya terjadi saat proses melahirkan dengan cara pervaginam. Di titik ini, bayi bisa tertular langsung kutil kelamin dari ibunya," kata dia.
Berikut ini orang-orang yang berpotensi mengalami kutil kelamin;
- orang yang telah aktif secara seksual;
- terbiasa berganti-ganti pasangan seksual tanpa menggunakan pengaman (kondom);
- memiliki riwayat infeksi menular seksual;
- gaya hidup yang kurang sehat seperti sering mengonsumsi alkohol dan merokok;
- penyandang HIV seropositif.
Apa saja gejala kutil kelamin?
Kutil kelamin menjadi salah satu jenis infeksi menular seksual yang paling umum terjadi. Biasanya pada awal-awal infeksi tidak ada gejala yang berarti sehingga sering kali diabaikan oleh penderita.
Walau begitu, penyakit ini tetap berbahaya. Selain bahaya fisik, mental penderitanya bisa terdampak.
Bila ditemukan pada tahap lanjut, bentuk dan lokasi dari kutil ini bisa menyebabkan stress psikologis karena menimbulkan ketidaknyamanan.
Simak selengkapnya soal kutil kelamin di halaman berikutnya..
"Selain itu pasien juga akan merasa malu pada partner seks-nya karena alat genitalnya jelas bermasalah. Rasa malu ini juga membuat pasien enggan berobat ke dokter karena takut disalahkan atas penyakit yang dia derita," kata Amelia.
Saat kutil kelamin muncul, biasanya ditandai dengan benjolan halus atau kasar berwarna kulit, merah muda, maupun keabuan. Ada juga yang bentuknya seperti kembang kol yang semakin lama semakin banyak dan membesar dengan cepat dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan.
Selain itu, pada beberapa kasus, rasa gatal atau ketidaknyamanan di area genital dan perdarahan saat berhubungan seks juga bisa menjadi tanda-tanda Anda mengalami kutil kelamin.
Bagaimana kutil kelamin menular?
Tak melulu lewat kontak seksual, kutil kelamin juga bisa ditularkan melalui cara lainnya. Berikut beberapa cara yang bisa membuat kutil kelamin menempel di tubuh Anda:
- kontak langsung dengan mukosa atau cairan dari penderita;
- menular saat proses melahirkan pervaginam dari ibu yang terinfeksi;
- hubungan seksual penetrasi melalui anal maupun penetrasi biasa;
- seks oral;
- kontak langsung maupun tidak langsung melalui benda-benda yang terkontaminasi dengan HPV (fomites) juga dapat menularkan ke orang lain;
Mereka yang sudah terinfeksi dan mengalami Genital Warts juga harus waspada karena sifatnya kambuhan.
Bagaimana cara mencegah dan mengobati kutil kelamin?
Salah satu hal yang penting dilakukan adalah deteksi dini. Diagnosis umumnya dilakukan melalui pemeriksaan klinis langsung.
Beberapa pemeriksaan penunjang diantaranya adalah tes asam asetat, pap smear, patologi, pemeriksaan dengan alat pembesaran optik (kolposkop), dan identifikasi genom HPV. Namun yang perlu sering dilakukan secara rutin yakni pemeriksaan klinis, tes asam asetat, dan pap smear.
"Diagnosis yang tepat merupakan langkah awal sebelum pemberian terapi," tutur Amelia.
Sementara itu, pengobatan genital warts sebenarnya masih di seputar mengontrol lesi melalui pengolesan cairan kimia, tindakan elektrokauter (bedah listrik), cryotherapy (bedah beku), laser, serta bedah eksisi.
Pertimbangan pemberian terapi ini akan disesuaikan dengan luas dan derajat keparahan penyakit, lokasi, komplikasi terkait terapi, preferensi pasien, ketersediaan terapi, dan juga kondisi penyerta (komorbiditas).
"Sampai saat ini memang masih belum ada obat spesifik yang dapat mencegah penambahan jumlah virus sehingga pengobatan masih bertujuan untuk menghilangkan gejala klinis saja dan tidak dapat menghilangkan virus," kata dia.
Maka dari itu, lanjut Amelia, salah satu langkah yang bisa dilakukan masyarakat, khususnya kaum Hawa, adalah melakukan vaksinasi HPV. Vaksin dapat diberikan setelah genital warts bersih melalui terapi pengobatan maupun bagi mereka yang belum pernah tertular virus di usia produktif.