Meraih puncak butuh pengorbanan dan kesabaran, termasuk ke Puncak Tugu Monumen Nasional (Monas). Butuh tekad yang bulat dan kesabaran untuk mencapai si puncak ikon Jakarta ini.
Antusiasme ini memuncak usai puncak tugu Monas resmi dibuka untuk wisata umum sejak Jumat (1/7) lalu.
Matahari menyengat sangat panas siang lalu. Sejumlah pengunjung tampak sibuk mengelap keringat, melawan panas. Untunglah, ada angin berhembus cukup kencang yang sedikit menawar rasa gerah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para pengunjung harus menunggu giliran naik ke atas puncak. Berbagai kegiatan dilakukan untuk membunuh waktu yang mesti diluangkan untuk menunggu.
Sebagian warga memilih tidur-tiduran di pelataran luar tugu. Menikmati sepoi-sepoi angin walau harus menahan silaunya sinar matahari.
Tak sedikit pula pengunjung yang memilih menunggu di dalam salah satu wisata yang tersedia, misalnya ruang proklamasi. Anak-anak melempar canda sambil berlarian dan main perosotan di dinding cawan tugu yang miring.
Puncak Tugu Monas memang primadona para wisatawan. Selama delapan tahun Sonny, petugas Unit Pengelola Kawasan (UPK) Monas-bertugas, antrean pengunjung yang ingin menyambangi puncak tugu monas tak pernah sepi.
"[Antrean pengunjung] Setiap hari, dari dulu sebelum pandemi sampai sekarang juga, setiap hari. Karena liftnya cuma satu. Dengan lift satu, pengunjung bejibun antusias naik ke puncak," ujar Sonny kepada CNNIndonesia.com, Minggu (3/7).
Sonny menyebut rata-rata pengunjung yang berkeinginan naik hingga puncak mesti bersabar mengantre sekitar 2 jam. Namun, setelah sampai di puncak para pengunjung hanya bertahan paling lama 30 menit dan memilih untuk turun kembali.
![]() Petugas UPK Monas yang berjaga di Puncak, Sonny (32), Minggu (3/7). CNN Indonesia/Poppy Fadhilah |
Banyak warga baik dari Jakarta maupun luar kota yang rela antre berjam-jam demi menilik pesona ibukota dari atas. Contohnya ibu tiga anak bernama Siwi (46) yang datang dari Bali.
Siwi bercerita ketiga anaknya, Danar (14), Erlan (10), dan Clara (8) sangat gembira. Terlebih, ini merupakan pengalaman pertama mereka sampai hingga puncak.
"Excited nya di sini pertama kan karena ini kan ikonnya Jakarta. Kalau gak ke sini, gak ke Jakarta, katanya gitu. Kemudian Jakarta itu banyak gedung tinggi, makanya mereka kepingin melihat keseluruhannya dari atas seperti apa. Ternyata memang bagus sih," kata Siwi.
Danar mengatakan dia akhirnya bisa melihat pemandangan kota Jakarta dari atas. Gedung, stasiun, parkiran, pohon, hingga langit yang dilihat akan ia banggakan kepada teman-temannya.
Sama halnya dengan Khairuddin Dasopang Hasibuan (65), pria asal Desa Aliantan, Pekanbaru yang juga baru pertama kali sampai ke puncak Monas.
Khairuddin bercerita dirinya dan keluarga telah mengantri sejak pukul 11 tetapi baru dapat giliran naik pada pukul 4 sore. Meski merasa lelah, ia mengaku senang bisa mencapai puncak monumen yang diresmikan 12 Juli 1975 lalu tersebut.
"Senanglah. Sedangkan awak sudah berumur 65, baru ini nyampe ke puncak. Ke monas baru sekali ini. Baru pertama kali...Melihat luas pemandangan. Gedung-gedung. Jadi kalau udah nyampe di tempatkan bisa cerita nanti di sana, sudah ke Monas puncak gitu," jelas Khairuddin.
Di puncak, panas tak lagi begitu terasa. Berbeda dengan hembusan angin yang makin eksis menggoda pengunjung yang ingin berfoto ria. Tak jarang warga kesulitan mengatur kerudung atau rambutnya yang terhembus angin demi mendapat foto terbaiknya.
Setelah di atas, pengunjung juga masih harus mengantre untuk menggunakan teropong yang hanya tersedia empat buah di setiap sudutnya.
Sebuah harapan disampaikan salah satu pengunjung asal Cikarang, Jawa Barat bernama Agung (22).
"Penambahan fasilitas teropong. Ini kan orangnya banyak nih, jadi kita pengen lihat teropong aja nunggunya lumayan juga. Jadi bisa ditambahin lagi berapa lagi gitu biar bisa lebih cepatlah kita nikmatinnya. Jumlahnya empat doang sih," ucap Agung.
![]() Pengunjung di Puncak Tugu Monas, Minggu (3/7). |
Meski sempat mengeluhkan antrean yang lama, Agung yang berkunjung bersama dua temannya, Wahyu (25) dan Sandi (23) Bekasi mengaku cukup puas dengan pengalaman pertamanya menyambangi puncak tugu Monas.
Sandi bercerita mereka mengambil swafoto dan foto dengan pemandangan kota Jakarta.
"Niatnya pertama buat refreshing aja. Lihat pemandangan dari atas kota Jakarta seperti apa. Kalau di Cikarang kan kebanyakan pabrik-pabrik aja kan. Kalau di sini kan banyak gedung pencakar langitnya," katanya Wahyu.
(pop/chs)