Ahli IDI Sampaikan Fakta Omicron BA.2.75, Haruskah Khawatir?
'Keturunan' Omicron subvarian BA.2, yakni BA.2.75 disebut-sebut jadi biang kerok kenaikan kasus Covid-19 di sejumlah negara. Ahli pun menjabarkan beberapa fakta Omicron BA.2.75.
Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban menyebut, saat ini BA.2.75 sedang diawasi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
"Subvarian ini dianggap amat menular dan tersebar di 10 negara. Namun, belum ada bukti kuat akan membawa kita ke hari-hari tergelap dari pandemi seperti sebelumnya," kata Zubairi dalam utasnya di Twitter. CNNIndonesia.com telah mendapatkan izin untuk mengutip.
Berikut beberapa fakta yang perlu diketahui.
1. Disebut Centaurus
Sebenarnya WHO tidak memberikan nama resmi untuk BA.2.75. Namun, beredar BA.2.75 disebut sebagai Centaurus. Dalam mitologi Yunani, Centaurus adalah makhluk berwujud manusia setengah kuda.
2. Belum ada bukti keparahan infeksi akibat BA.2.75
Dari informasi yang beredar, BA.2.75 mengakibatkan gejala atau penyakit parah. Namun, Zubairi menyebut hingga kini belum ada bukti yang menunjukkan subvarian ini mampu menimbulkan penyakit lebih serius daripada subvarian lain.
"Bahkan beberapa ahli menyebut BA.2.75 itu subvarian paling tidak mematikan," imbuhnya.
3. Dalam pengawasan ketat WHO
Salah satu fakta Omicron BA.2.75 yang perlu Anda perhatikan adalah saat ini subvarian masuk dalam kategori Variant of Concern (VOC) Lineage Under Monitoring (LUM).
Zubairi berkata, BA.2.75 saat ini sedang diawasi secara ketat oleh WHO.
4. Belum ditemukan di Indonesia
BA.2.75 kali pertama ditemukan di India. Sejauh ini subvarian sudah menyebar di 10 negara termasuk Australia, Kanada, Jepang, Jerman, Selandia Baru, Inggris dan AS.
Sementara di Indonesia belum ditemukan BA.2.75.
5. Tidak perlu khawatir
Zubairi meyakinkan bahwa Indonesia tidak perlu khawatir akan kemunculan BA.2.75. Kasus di berbagai negara terhitung masih sedikit.
"Rasanya tidak [perlu khawatir]. Hanya ada sekitar 70 kasus BA.2.75 yang tercatat di seluruh dunia dan belum ada data yang menyatakan subvarian ini menyebabkan infeksi yang lebih serius ketimbang Omicron awal," katanya.
Demikian beberapa fakta Omicron BA.2.75 yang ditemukan sejauh ini.
(els/asr)