Bocah pandemi. Istilah ini kerap disematkan ke anak-anak yang lahir atau tumbuh di masa-masa pandemi.
Sejak 2020 ada puluhan ribu anak yang harus menjalani kehidupan sehari-hari di rumah saja. Tidak main ke mal, taman bermain atau berinteraksi dengan teman sebayanya. Padahal ini yang biasanya membuat tumbuh kembang anak berjalan dengan sempurna.
Keseharian anak-anak ini hanya dihabiskan bersama ibu, ayah, dan mungkin pengasuh mereka. Malah terkadang anak justru screen time atau main gawai hingga berjam-jam tanpa berkomunikasi dengan manusia sesungguhnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Psikolog keluarga dari Rumah Dandelion Nadya Pramesrani mengatakan, kurangnya interaksi sosial ini sangat berdampak pada anak. Ini bisa terlihat saat masa transisi dari pandemi ke keadaan hampir normal, dimana anak sudah mulai berinteraksi dengan dunia luar.
"Di masa pandemi banyak keterlambatan perkembangan, terutama terlambat berkembang secara emosional dan bahkan motorik dasar," kata Nadya, Kamis (21/7).
Gangguan tersebut, lanjut Nadya, bisa terjadi karena kurangnya stimulasi untuk bersosialisasi yang didapat anak.
Selain itu, kata Nadya, level stres, baik yang dialami anak maupun orang tua, juga sangat berpengaruh terhadap masalah-masalah yang bisa timbul di masa tumbuh kembang.
"Kurang interaksi itu memang nyata, membuat anak pandemi sulit tumbuh kembang. Dan ini tidak hanya di Indonesia tapi secara global," kata dia.
Tak sedikit pula orang tua yang merasa si kecil belum bisa berinteraksi dengan orang lain sebagai dampak dari situasi pandemi.
Salah satu bukti nyatanya terlihat dari hasil survei yang dilakukan Bebelac baru-baru ini. Survei memperlihatkan berbagai masalah yang dialami anak di masa transisi.
Salah satu yang paling mencolok adalah sebanyak 31,7 persen orang tua mengaku anaknya kerap menangis setiap bertemu orang lain.
Masalah-masalah lain yang juga ditemukan diantaranya speech delay dan ketidakmampuan anak untuk merespons orang lain di sekitarnya.
Hal-hal seperti ini sebaiknya menjadi perhatian orang tua untuk memberikan lebih banyak stimulasi sosial pada anak. Berbagai stimulasi ini diberikan agar proses tumbuh kembang anak berjalan dengan baik.
(tst/asr)