Methotrexate, Obat Kanker Kedaluarsa yang Buat 10 Anak Yaman Meninggal

CNN Indonesia
Selasa, 18 Okt 2022 18:26 WIB
Sedikitnya sepuluh anak dengan leukemia di Yaman meninggal dan puluhan lainnya dalam kondisi kritis setelah menerima dosis pengobatan kanker yang kedaluwarsa.( iStock/Inside Creative House)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sedikitnya sepuluh anak dengan leukemia di Yaman meninggal dan puluhan lainnya dalam kondisi kritis setelah menerima dosis pengobatan kanker yang kedaluwarsa. 

Melansir Associated Press, Kementerian Kesehatan setempat mengatakan pada Jumat (14/10), anak-anak berusia antara 3 tahun hingga 15 tahun tersebut meninggal di Rumah Sakit Kuwait Sanaa setelah disuntik dengan obat-obatan selundupan dosis lama di sejumlah klinik swasta.

Menurut sebuah sumber si Sanna yang berbicara dengan syarat anonim memperkirakan, jumlah anak yang terkena dampak obat kedaluwarsa bisa lebih dari 19 anak. Banyak pula yang melaporkan sekitar 50 anak menerima pengobatan kemoterapi hasil selundupan yang dikenal sebagai Methotrexate yang awalnya diproduksi di India.

Methotrexate adalah obat untuk mengatasi kanker, seperti kanker payudara, choriocarcinoma, leukemia, kanker tulang, limfoma, dan lainnya. Obat ini bekerja sebagai penghambat enzim dihidrofolat reductase. Enzim ini berfungsi mengubah asam dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat yang mengganggu pertumbuhan sel ganas tanpa menyebabkan kerusakan permanen pada jaringan tubuh yang normal.

Di tengah perang Yaman, kurangnya akses ke sumber daya dasar, termasuk makanan dan obat-obatan, telah menciptakan jaringan penyelundupan besar di kedua wilayah yang dikuasai pemberontak Houthi dan koalisi Saudi.

Beberapa dokter di Sanaa mengatakan bahwa pejabat Houthi diam-diam bekerja sama dengan penyelundup obat-obatan. Mereka sering menjual perawatan kedaluwarsa ke klinik swasta dari gudang penyimpanan di seluruh negeri. Para dokter tersebut juga mengatakan bahwa Houthi telah membatasi ketersediaan obat-obatan yang aman.

Kementerian kesehatan Houthi mengatakan telah membuka penyelidikan atas insiden tersebut. Dalam pernyataannya, mereka menyalahkan kematian pasukan koalisi Saudi karena menyebabkan kurangnya obat-obatan yang tersedia di daerah-daerah yang dikuasai Houthi.

Keluarga dari salah satu anak yang meninggal mengatakan bahwa putra mereka merasakan sakit dan kram setelah menerima perawatan kemoterapi yang kedaluwarsa, lalu meninggal lima hari kemudian.

"Hal terburuk adalah administrasi rumah sakit berusaha menyembunyikan kebenaran dari kami," kata ayah anak laki-laki itu, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya demi keselamatannya dan keluarganya.

(del/chs)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK