Konsep gender rasanya tak berlaku di dunia mode. Tengok saja koleksi Autumn-Winter 2022 yang dipamerkan Harry Halim dalam gelaran Jakarta Fashion Week (JFW) 2023 pada Kamis (27/10).
Lewat koleksinya, desainer Harry Halim mencoba meluluhkan sekat gender dan menciptakan helai busana tanpa aturan yang dibatasi oleh alat kelamin. Pria dengan gaun, wanita dengan jas.
Di Indonesia, gaung karya Harry Halim terdengar berkat artis-artis mancanegara yang mengenakan busana rancangannya, mulai dari Dua Lipa hingga Lady Gaga. Momen JFW 2023 jadi kesempatan Harry menyampaikan terima kasih untuk kampung halamannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Harry memamerkan koleksinya dalam pertunjukan bertajuk "The Impossible Love". Harry memaknai bahwa sebenarnya dalam hidup ini, apa pun bisa terjadi asal punya cinta.
Lantas, apa yang 'impossible'? Tanya ini kian menggelitik jelang pertunjukan di mana rekan dan sahabat Harry mengucap 'the impossible love' yang dirangkum dalam satu video. Repetisinya mengganggu, bikin gregetan, mendorong diri untuk merespons.
Harry mencoba meresponsnya dengan senyum seraya membisikkan, 'It's possible love', sembari menyematkan choker berduri di leher lawan bicaranya.
Koleksi busana yang dipamerkan Harry mengusung konsep lintas gender. Anda dipaksa keluar dari pakem berbusana sesuai jenis kelamin. Siluet-siluet yang umum dikenakan wanita diterapkan pada pria, begitu pula sebaliknya.
Pria mengenakan look setelan rok dan atasan, celana berpotongan lebar dan detail jumbai (frill) berukuran ekstra besar, serta atasan berupa korset yang mengekspos area dada dan pundak. Sementara itu, perempuan 'diizinkan' mengenakan setelan jas tanpa inner (dalaman).
![]() |
"[Koleksi] lebih memainkan gender crossing. Yang male look lebih ke look kayak gaun, tapi gaun yang maskulin," ujar Harry dalam konferensi pers jelang pertunjukan.
Siluet-siluet lain seperti luaran, jaket baik oversized maupun cropped, coat, hadir dengan detail jumbai. Yang unik, jumbai pada beberapa look sekilas bukan jumbai yang disematkan, melainkan jumbai hasil 'potongan' area tertentu pada busana.
Pemberontakan pun dikemas dalam budaya punk ala Harry Halim. Sebut saja romantic punk.
Konsep ini ditampilkan penuh warna-warna metalik nan berani seperti kuning, mint, lilac, biru, ungu, emerald green, gold, silver, merah, dan neon green. Kesan romantis juga diperlihatkan Harry lewat pemilihan material.
Busana-busana yang dibawakan memperlihatkan potongan tegas dan ukuran ekstra seolah mengkomunikasikan cinta sesuai imaji Harry. Namun, kehadiran material satin, sutera, vegan leather, membuatnya jadi romantis tanpa meninggalkan kesan intens.
Lihat Juga :![]() Jakarta Fashion Week 2023 Napas Baru dari Seonggok Sampah Mode |
Look busana pun didukung riasan model yang menonjolkan area mata. Di samping itu, nuansa punk makin terasa lewat sematan aksesori dari Mahija. Kitana Boots, sepatu bot andalan setinggi 20 cm (8 inchi), tak sekadar melengkapi penampilan tetapi juga memperkuat karakter look busana.
Pertunjukan ditutup dengan look busana pengantin di mana pria mengenakan look serupa gaun putih lengkap dengan korset. Sementara wanita mengenakan setelan jas silver berkilau.
Bisa dibilang, Harry berhasil menciptakan 'universe' berbeda di JFW 2023 atau mungkin panggung-panggung mode Indonesia secara keseluruhan.
Namun, Harry sendiri tak memberikan treatment khusus untuk pertunjukannya di Indonesia. Dengan kata lain, Harry melakukan apa yang biasa dilakukannya di pertunjukan-pertunjukan mode mancanegara.
Pertunjukan ini rasanya bakal menimbulkan 'efek samping' berupa penantian akan karya eksperimental Harry berikutnya.
(els/asr)