Fakta: Pneumonia berbeda dengan TBC paru.
Pneumonia kerap disamakan dengan TBC paru karena gejalanya kurang lebih mirip seperti batuk dan napas sesak. Namun, sebenarnya kedua penyakit ini berbeda.
TBC paru disebabkan oleh bakteri TBC, sedangkan pneumonia penyebabnya beragam. Yang cukup umum adalah bakteri Streptococcus pneumoniae.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fakta: Gejala sisa setelah sembuh dari pneumonia belum tentu berasal dari infeksi pneumonia.
Ada beberapa kasus di mana anak masih batuk sepulang perawatan di rumah sakit akibat pneumonia. Orang tua banyak menganggapnya sebagai gejala sisa pneumonia.
Amiruddin mengatakan, gejala, termasuk batuk, tidak selalu disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus.
"Bisa saja ada gen atau riwayat alergi, maka batuknya bisa berkepanjangan. Di rumah mungkin banyak debu, itu bisa faktor yang menyebabkan anak tidak sembuh-sembuh batuknya," kata dia.
![]() |
Fakta: Kekebalan tubuh anak semakin baik seiring bertambah usia.
Saat anak dibekali dengan gizi yang cukup, seiring bertambah usia, kekebalan tubuh anak akan semakin sempurna.
Berbeda dengan anak usia di bawah 5 tahun. Kelompok usia ini rentan mengalami selesma dan pneumonia.
"Kekebalan tubuh sudah bagus, serangan biasanya ringan atau sudah jarang. Biasanya kena selesma 3-4 hari atau paling lama 2 minggu, itu bukan pneumonia lagi," jelasnya.
Fakta: Proses nebulisasi atau penguapan tidak tepat digunakan pada pneumonia.
Pneumonia tidak memerlukan penguapan. Biasanya, penguapan dibutuhkan oleh pasien dengan penyakit asma bawaan.
"Kalau pneumonia enggak ada bronkokonstriksi. Pemberian nebulisasi atau uap enggak terlalu berefek. Dengan kata lain, tidak terlalu bermanfaat," katanya.
Fakta: Batuk akibat pneumonia intensitasnya tidak berubah baik di pagi, siang maupun malam.
Biasanya gejala batuk yang kian parah di malam hari berhubungan dengan alergi. Jika anak mengalami pneumonia, intensitas batuk akan sama. Perubahan intensitas atau frekuensi biasanya terjadi pada batuk yang berkaitan dengan alergi.