Setiap orang perlu memiliki tingkat saturasi oksigen normal, khususnya penderita Covid-19. Sebab, indikator ini menjadi pertimbangan apakah pasien Covid-19 perlu penanganan lebih lanjut di fasilitas kesehatan atau tidak.
Mengapa demikian?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melansir Healthline, Covid-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang menginfeksi saluran pernapasan. Infeksi tersebut dapat menyebabkan penderitanya kesulitan bernapas.
Hal ini juga memungkinkan saturasi oksigen normal Covid-19 menurun di dalam darah. Padahal, tingkat saturasi oksigen seharusnya berada di level normal atau seimbang agar organ-organ di dalam tubuh bisa bekerja.
Misalnya, oksigen diperlukan untuk menjaga detak jantung hingga membantu sel menciptakan energi yang diperlukan untuk berpikir, bergerak, dan lainnya.
Tingkat oksigen sendiri adalah ukuran jumlah oksigen yang ada di dalam darah atau dibawa oleh sel darah merah. Oksigen didapat dengan bernapas, lalu masuk ke paru-paru dan mengalir dalam darah.
Namun ketika Covid-19, infeksi membuat sistem dan saluran pernapasan terganggu, sehingga membuat oksigen yang masuk ke dalam tubuh bisa berkurang. Begitu juga dengan tingkat oksigen dalam darah yang sangat mungkin berkurang.
Cara periksa saturasi oksigen terbagi atas dua cara, yaitu melalui analisa gas darah di pembuluh arteri dan melalui alat ukur oksimeter.
Analisis gas darah adalah pemeriksaan tingkat oksigen dalam darah yang paling akurat. Bahkan, bisa mendeteksi hingga kadar asam sel darah.
Namun pemeriksaannya lebih rumit ketimbang oksimeter. Sebab, Anda harus mengunjungi dokter lebih dulu. Kemudian, dokter akan mengambil darah dari arteri karena memiliki denyut nadi yang dapat dirasakan.
Biasanya, darah diambil dari arteri di pergelangan tangan karena lebih mudah untuk ditemukan. Lalu, menganalisisnya. Barulah hasil tingkat saturasi oksigen bisa didapatkan. Satuan hasil pemeriksaannya berupa militer air raksa (mmHg) atau PaO2.
Sementara pemeriksaan tingkat saturasi oksigen melalui oksimeter lebih sederhana. Anda hanya perlu menempelkan alat oksimeter di jari tangan, kaki, atau daun telinga.
Kemudian, alat ini akan mengukur tingkat oksigen dalam darah Anda melalui perkiraan yang didapat dari aliran cahaya inframerah ke kapiler.
Cara kerjanya dengan mengukur berapa banyak cahaya yang dipantulkan dari gas. Berbeda dengan analisa gas darah, satuan hasil pemeriksaannya berupa SpO2.
![]() |
Lantas, berapa tingkat saturasi oksigen normal bayi, anak, dewasa, hingga kalangan lanjut usia (lansia)?
Mengutip e-Medicine Health, berikut penjelasannya.
Sementara tingkat saturasi oksigen di bawah itu dianggap tidak normal (abnormal). Kondisi ini dikenal pula dengan hipoksemia dan bisa menyebabkan komplikasi pada jaringan dan organ tubuh.
Saat tingkat saturasi oksigen lebih rendah dari batas normal, biasanya tubuh akan merasakan beberapa gejala, seperti:
Jika saturasi oksigen berada di kisaran 80-85 persen (SpO2) biasanya fungsi otak mulai terpengaruh. Sedangkan jika saturasi oksigen berada di bawah 67 persen biasanya akan terjadi perubahan warna kulit menjadi kebiruan atau sianosis.
Perlu diketahui, sianosis adalah tanda darurat. Jika sudah mencapai hal ini, penderitanya perlu segera mendapat penanganan medis karena bisa menyebabkan gagal napas yang mengancam jiwa.
Berikut beberapa cara meningkatkan saturasi oksigen.
Demikian penjelasan seputar tingkat saturasi oksigen normal. Semoga membantu.
(uli/fef)