Umumnya, ritual midodareni dilaksanakan di malam jelang upacara pernikahan. Midodareni berasal dari kata 'widodari' atau dalam bahasa Jawa berarti bidadari.
Malam midodareni diyakini sebagai waktu turunnya bidadari untuk menemui calon mempelai wanita. Bidadari akan membantu mempercantik calon mempelai sekaligus memberikan wejangan seputar pernikahan.
Menurut budayawan Jawa Irfan Afifi, dulunya calon pengantin benar-benar harus 'dikurung' di dalam kamar selama malam midodareni.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, midodareni masa kini berlangsung cukup berbeda. Beberapa keluarga memperbolehkan kedua calon mempelai bertemu. Kemudian kesempatan ini juga digunakan untuk rapat panitia pernikahan dalam situasi yang lebih santai dan cair.
Lihat Juga : |
Prosesi akad nikah merupakan prosesi paling sakral dalam sebuah pernikahan. Dalam agama Islam, akad nikah dilakukan dengan mengucapkan ijab kabul di depan penghulu dan saksi.
Pamitan adalah proses meminta restu kepada kedua orang tua untuk pergi dan menjalani kehidupan yang baru bersama pasangan hidupnya. Prosesi ini biasanya dilakukan usai akad nikah berlangsung.
Dalam bahasa Jawa, 'ngunduh' memiliki arti panen atau memanen. Sementara 'mantu' adalah menantu. Prosesi ini menandakan keluarga mempelai pria yang memiliki menantu perempuan baru.
Sebagai prosesi pelengkap, pesta lanjutan ngunduh mantu ini dijadikan momentum sebagai cara keluarga pengantin pria untuk memberi tahu kepada sanak saudara bahwa mereka memiliki anggota keluarga baru.