Putra bungsu Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep tinggal menghitung hari melepas masa lajang. Dia akan mengikat janji dengan Erina Gudono pada 10 Desember mendatang.
Sebelum melangsungkan pernikahan, Kaesang mengaku bahwa Erina sedang menjalani prosesi pingitan. Keduanya terakhir bertemu minggu lalu.
"(Erina dipingit) Minggu lalu (terakhir ketemu)," kata Kaesang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski demikian, Kaesang mengaku masih melakukan komunikasi dengan Erina. Hal ini harus dilakukan sebab keduanya masih mengurus keperluan pernikahan. Mulai dari undangan, souvenir dan berbagai hal lainnya.
"Mau gak mau harus tetap komunikasi," kata Kaesang.
Mengenal pingitan yang dijalankan Erina sebelum menikah
Pingitan adalah prosesi sebelum menikah yang harus dijalankan pengantin wanita. Mengutip Bride Story, pingitan termasuk dalam tradisi pengantin Jawa.
Saat menjalankan pingitan, calon pengantin wanita dilarang bepergian ke luar rumah. Calon pengantin wanita ini bahkan dilarang menemui calon pengantin pria dalam kurun waktu tertentu.
Konon di masa lalu, calon pengantin wanita harus menjalani pingitan selama satu hingga dua bulan. Hanya saja, aturan waktu tersebut bergeser seiring waktu.
Pingitan yang dijalankan calon pengantin wanita saat ini hanya dilakukan satu hingga dua pekan saja. Hal ini juga bergantung pada kesanggupan kedua belah pihak.
Di luar tradisi, pingitan ternyata memiliki manfaat tersendiri untuk kedua mempelai. Berikut beberapa manfaatnya:
Jika kedua calon sering bertemu sebelum menikah, tentu rasa rindu tak terbentuk. Sebaliknya, jika keduanya tidak bertemu maka akan muncul rasa rindu, keduanya pun akan semakin manfaat bertemu saat prosesi ijab kabul dilakukan.
Kedua calon pengantin akan benar-benar sibuk jelang hari pernikahan. Momen ini akan menguras energi dan pikiran, tidak jarang memicu pertengkaran.
Saat pingitan dilakukan, kedua mempelai bisa melakukan me time. Hal ini berguna untuk mengistirahatkan tubuh dan pikiran. Bukan hanya itu, saat pingitan dilakukan, kedua mempelai juga bisa merawat diri.
Konon calon pengantin rentan mengalami musibah. Jika terlalu sering keluar rumah, berbagai marabahaya bisa terjadi. Hal ini sesuai dengan adat kepercayaan sebagian masyarakat Jawa.
Dengan melakukan pingitan, kedua calon pengantin bisa lebih tenang karena hanya ada di rumah, terhindar dari marabahaya.
Terlalu sering menghabiskan waktu dengan pasangan, terutama jelang pernikahan juga bukan hal yang baik. Alangkah baiknya jika kedua calon memupuk rasa saling percaya dengan tinggal berjauhan sementara waktu.
Saat prosesi pingitan, calon pengantin hanya akan tinggal di rumah. Di waktu inilah saatnya memupuk kebersamaan dengan keluarga. Apalagi, setelah menikah kedua mempelai akan lebih banyak waktu bersama pasangan alih-alih keluarga.
Islam memandang tradisi pingit sebagai penjagaan. Dari laman Al-Bajah asuhan Buya Yahya sebagaimana dikutip berbagai sumber, istilah pingit juga merujuk pada kata dijaga. Hal ini berkaitan dengan menjaga dari perilaku yang haram.
Untuk wanita, pingit memang seharusnya bukan dilakukan menjelang pernikahan saja, tetapi setiap waktu. Harus menjaga dari hal-hal yang haram.
Pingit juga bisa dikaitkan dengan memuliakan wanita dengan menjaganya dari hal-hal yang haram.
(tst/chs)