Kerokan dianggap sebagai metode pengobatan yang manjur bagi sebagian masyarakat Indonesia. Dengan beberapa kali usapan koin di punggung, segala masalah masuk angin diyakini bisa minggat seketika.
Mitos-mitos seputar kerokan pun bermunculan di masyarakat. Ada yang diyakini kebenarannya, tapi tidak sedikit juga yang dianggap hanya mitos belaka.
Berikut beberapa mitos seputar kerokan, berikut fakta dan penjelasannya secara medis:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat dikerok, Anda mungkin pernah melontarkan pertanyaan "merah tidak?". Pertanyaan ini muncul bukan tanpa alasan. Sebab semakin merah kerokan mitosnya semakin parah penyakit atau masuk angin yang diderita.
Lihat Juga : |
Saat hasil kerokan merah, maka angin dianggap keluar dan penyakit bisa sembuh.
Tapi faktanya, Dokter spesialis penyakit dalam di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sawah Besar, Jakarta Pusat, Andi Khomeini Takdir Haruni membantah hal ini. Kata dia, warna merah pada hasil kerokan bukan pertanda banyak angin yang masuk ke tubuh.
"Tanda merah kehitaman itu adalah pembuluh darah kecil atau kapiler yg pecah, terjadi karena manipulasi tekanan saat dikerok. Jadi yang warna merah kehitaman itu pembuluh darah kapiler yang pecah dan rusak," kata Andi kepada CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu.
Sendawa dan kerokan jadi satu paket komplit. Kondisi ini dianggap sebagian orang sebagai pertanda angin keluar dari tubuh.
Faktanya - menurut Andi - , sendawa tidak bisa jadi tolak ukur ada angin keluar dari tubuh. Meskipun tidak ada penjelasan ilmiahnya, tapi sendawa tidak bisa dikaitkan dengan kerokan dan masuk angin.
"Jika dikatakan sendawa berarti sudah sembuh, tentu ini tidak bisa dibenarkan. Apakah sendawa ini hanya kebetulan atau karena apa, ya memang belum ada data yang bisa jadi acuan," kata dia.
Boleh mandi enggak nih habis kerokan? Baca di halaman selanjutnya.