Namun, pengobatan ini tak hanya dikenal di tengah masyarakat Jawa, tapi juga sebagian besar Indonesia, bahkan hingga beberapa negara lain. Misalnya saja Vietnam (gao cio), Kambojan (goh kyol), China (gua sha), atau Amerika Serikat (coin rubbing).
Tak jelas asal usul kerokan berasal. Namun, sejumlah literatur menyebutkan bahwa gua sha di China dianggap sebagai tradisi kerokan tertua di dunia.
Secara harfiah, 'gua' berarti menggosok, sedangkan 'sha' berarti racun. Gua sha diterjemahkan sebagai salah satu cara membuang berbagai racun dari dalam tubuh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Sebelas Maret Didik Gunawan Tamtomo mencatat bahwa di China, kerokan tak dilakukan dengan menggunakan uang logam, melainkan batu jade. Gua sha juga terkadang disebut dengan istilah 'jade stone therapy'.
Pengobatan ini diindikasikan untuk mengatasi osteoporosis, nyeri bahu, nyeri punggung, nyeri sendi, fibromialgia, migrain, cedera olahraga, dan masih banyak lagi.
"Di China terdapat ribuan terapis jade stone karena merupakan pengobatan rakyat dan dapat menurunkan health care cost," tulis Didik dalam ulasannya berjudul Gambaran Histopatologi Kulit pada Pengobatan Tradisional Kerokan.
Menukil laman Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata China, gua sha sendiri telah lama menjadi metode pengobatan yang digunakan oleh masyarakat China kuno. Pada Dinasti Ming (1368-1644), gua sha secara sistematis tertulis sebagai salah satu metode penyembuhan yang resmi.
Penggunaan batu untuk mengikis kulit dan mengobati penyakit ini terus berkembang seiring kemajuan zaman, sejalan dengan praktik pengobatan tradisional China.
Tapi, jika mau ditarik lebih mundur lagi, metode kerokan sebenarnya mirip dengan cara yang digunakan pada Zaman Paleolitikum. Kala itu, tangan dan batu digunakan untuk menggosok bagian tubuh seseorang yang jatuh sakit atau pingsan.
Terlepas dari mana asal usulnya, yang jelas hingga saat ini kerokan masih terus dipraktikkan oleh masyarakat.
(asr/bac)