Omicron XBB 1.5 jadi penyebab sebagian kasus Covid-19 di Amerika Serikat. Apa saja fakta-fakta seputar Omicron XBB 1.5 yang perlu diketahui?
CDC memperkirakan kasus Covid-19 yang disebabkan Omicron XBB 1.5 meningkat dua kali lipat selama empat minggu terakhir. Pada Desember 2022 saja, terjadi peningkatan dari 4 persen ke 41 persen kasus.
"Selama beberapa bulan sekarang, kami belum melihat varian yang melesat secepat itu," kata Pavitra Roychoudhury, direktur sequencing di laboratorium virologi University of Washington School of Medicine, seperti dikutip dari CNN.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut beberapa fakta seputar Omicron XBB 1.5 yang perlu diketahui dan diwaspadai.
Omicron XBB 1.5 merupakan produk kombinasi dua keturunan subvarian BA.2. Dua keturunan subvarian ini kemudian bertukar kode genetik dan menghasilkan 14 mutasi baru termasuk XBB.
Anda tentu ingat bahwa XBB sempat mendorong gelombang kasus Covid-19 di Singapura pada musim gugur lalu. David Ho, profesor mikrobiologi dan imunologi di Columbia University dalam penelitiannya menemukan XBB.1 merupakan keturunan yang paling 'licin' dibanding XBB, BQ.1 dan BQ 1.1. Keturunan satu ini 63 kali lebih kecil kemungkinan untuk dinetralkan oleh antibodi.
Dia berkata, Omicrobn XBB 1.5 memiliki cerita serupa soal penghindaran antibodi seperti XBB.1. Ada potensi XBB 1.5 lolos dari perlindungan vaksinasi dan infeksi di masa lalu.
Ahli epidemiologi senior Badan Kesehatan Dunia (WHO) Maria Van Kerkhove berkata subvarian Omicron XBB 1.5 adalah subvarian paling menular yang telah terdeteksi sejauh ini. Hal ini pun jadi kekhawatiran WHO.
Omicron XBB 1.5 punya trik untuk membantu mendorong pertumbuhannya. XBB 1.5 punya mutasi kunci yang memungkinkan ia lebih erat ke ACE 2 atau pintu yang digunakan virus untuk masuk sel manusia.
"Mutasi tersebut jelas membuat XBB 1.5 menyebar lebih baik," tulis Jesse Bloom, ahli virologi komputasional di Fred Hutchinson Cancer Center, dalam surat elektronik pada CNN.
Hingga kini belum diketahui gejala khas Covid-19 akibat Omicron XBB 1.5. Namun karena merupakan salah satu keturunan varian Omicron, sangat mungkin gejala Covid-19 akibat subvarian terbaru ini kurang lebih mirip 'orang tuanya.'
Gejala Covid-19 bisa meliputi, sakit tenggorokan, pilek, hidung tersumbat, bersin, batuk kering, sakit kepala, suara serak, nyeri otot, dan masalah pada penciuman.
WHO belum memiliki data tentang tingkat keparahan atau gambaran klinis mengenai dampak Omicron XBB 1.5.
"Kami memperkirakan gelombang infeksi lebih lanjut di seluruh dunia, tetapi itu tidak harus diterjemahkan menjadi gelombang kematian lebih lanjut karena tindakan pencegahan kami terus berhasil," ujar Van Kerkhove seperti dikutip dari Reuters.
Ahli virologi pun menambahkan bahwa kemunculan subvarian baru bukan berarti krisis baru. Varian baru muncul memang karena virus telah menyebar.
(els/chs)