Menilik Sejarah RM Ampera, Rumah Makan Sunda yang Awalnya Warung Tenda
Para penikmat kuliner tentu sudah tidak asing dengan rumah makan masakan khas Sunda Rumah Makan (RM) Ampera.
Baru-baru ini peristiwa mengenaskan melanda RM Ampera yang terletak di Jalan Soekarno Hatta, Kota Bandung, Jawa Barat.
Bangunan rumah makan tersebut dikabarkan telah rata dengan tanah dilalap habis si jago merah. Material bangunan itu dilaporkan mudah terbakar karena terbuat dari kayu.
Padahal, RM Ampera terkenal sebagai restoran yang punya standar kebersihan, kenyamanan, kecepatan, dan kelezatan masakan. Rumah makan dengan logo 'a' ini ternyata sudah dikenal lama oleh masyarakat Kota Bandung.
Cabangnya sekarang sudah mencapai ratusan. Tersebar mulai dari Jawa Barat, Jakarta, Jawa Tengah, hingga Bali. Siapa sangka, RM Ampera ternyata berawal dari warung tenda sederhana bahkan terkesan kumuh di pinggir Terminal Kebon Kalapa, Bandung.
Dengan menerapkan model "geksor" atau menyajikan makanan begitu tamu duduk, tentu membuat pelanggan dapat menikmati suasana rumah makan yang lebih akrab.
Dengan semakin ramainya terminal Kebon Kelapa dari waktu ke waktu maka tak heran semakin banyak pengunjung berdatangan dari berbagai kalangan baik yang sekedar singgah maupun dari masyarakat Bandung sendiri untuk mengisi perut.
RM Ampera dirintis oleh H. Tatang Sujani dan istrinya, St. E. Rochaety pada 1963. Sebelum membuka usaha ini, Tatang mulanya membantu sebuah usaha warung makan di Bandung.
Setelah belajar mengenai manajemen rumah makan, Tatang berinisiatif mendirikan warung sendiri.
Kemudian, ia memiliki niat untuk memperbaiki standar pelayanan warung makannya, yang tidak dimiliki warung makan tempatnya bekerja. Ia menerapkan pelayanan yang cepat dan ramah, namun harganya tetap terjangkau.
Mereka juga sengaja menetapkan harga murah. Tujuannya, agar semua kalangan bisa makan di warung mereka.
"Membantu rakyat yang kesulitan menjadi visi owner saat mendirikan bisnis kuliner ini," kisah Takwin Saptaji, perwakilan dari pemilik RM Ampera. Latar belakang nama Ampera juga berasal dari visi tersebut.
Ampera adalah kependekan dari Amanat Penderitaan Rakyat. H. Tatang dan istri ingin meringankan penderitaan rakyat dengan membuka warung makan dengan harga terjangkau.
Pada awal tahun 1994, usaha RM Ampera mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Seiring perjalanan suka duka yang telah dialami, H. Tatang dan sang istri akhirnya menapaki bisnis RM Ampera dengan serius dan profesional.
Hingga warung yang tidak seberapa besar itu pun tidak mampu lagi menampung para pengunjung, akhirnya mereka membuka cabang pertama di jalan Astana Anyar Bandung, kurang lebih 1 km dari Kebon Kelapa pada pertengahan tahun 1984.
Kini, RM Ampera menyajikan menu-menu khas Sunda seperti nasi liwet, nasi timbel, gepuk, ayam bakar, ayam kecap, bacem, aneka pepes, dan lainnya. Menu Sunda yang disajikan dengan standar rasa dan kebersihan yang baik ini membuat Ampera punya nilai tambah dibanding warung makan lain yang sejenis.
RM Ampera pun jadi idola, dari zaman masih berupa warung tenda, hingga sekarang berkembang jadi restoran.
Setelah membuka cabang di Jalan Soekarno Hatta, perbaikan layanan terus ditingkatkan. Selain pelayanan cepat dan harga terjangkau, mereka pun juga berupaya untuk meningkatkan kenyamanan pelanggan.
Mereka membuat tagline ngeunah, murah, tur tumaninah yang artinya enak, murah, dan nyaman. Tagline ini jadi standar pelayanan di WN Ampera hingga saat ini.
"Dari awal, rumah makan ini memang menetapkan harga murah untuk konsumen. Sekarang, dengan standar kebersihan, kenyamanan, dan fasilitas yang kami sediakan, harganya tetap lebih murah dibanding kompetitor," kata Takwin.
(del/chs)