Belum selesai dengan Covid-19, penyakit campak kembali muncul di Indonesia. Bahkan dalam satu tahun terakhir, kasus campak di Indonesia disebut meningkat hingga 25 kali lipat.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melaporkan, pada 2021 anak yang terkonfirmasi terpapar campak sebanyak 132 orang. Jumlah itu kemudian meningkat menjadi 3.341 kasus pada 2022.
Tak jauh dengan Covid-19, campak juga merupakan penyakit menular. Tapi, Apa benar campak justru lebih berbahaya dari Covid-19?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut alasan campak jadi penyakit menular yang lebih berbahaya dari Covid-19:
Melansir laman resmi Kementerian Kesehatan, campak bisa menyebabkan anak mengalami diare berat hingga berujung pada kematian. Bahkan, jika anak yang terpapar campak memiliki gizi yang buruk, berbagai komplikasi bisa terjadi, mulai dari diare berat, pneumonia, radang paru, radang otak, infeksi di selaput mata hingga menyebabkan kebutaan.
Campak jadi penyakit yang sangat menular. Tidak berbeda dengan Covid-19, campak yang disebabkan oleh virus dari famili Paramyxovirus bisa menular melalui droplet, percikan ludah saat batuk, bersin, bicara, atau bisa melalui cairan hidung.
Melansir National Foundation for Infectious Diseases, saking menularnya, hanya berada di ruangan tempat orang yang terinfeksi campak Anda bisa tertular. Bahkan hingga dua jam setelah orang tersebut pergi virus ini tetap bisa menular.
Komplikasi yang disebabkan campak sangat berbahaya. Penyakit ini bisa menyerang otak hingga paru-paru. Pada kasus terburuk bahkan bisa menyebabkan kematian.
Itulah alasan campak lebih berbahaya dari Covid-19.
(tst/chs)