Red Flag, 9 Tanda Kamu dan Dia Belum Siap Nikah
Sebagian besar pasangan menginginkan hal yang serius dan berkomitmen dalam menjalani hubungan, salah satunya adalah pernikahan.
Namun apakah kita dan pasangan sudah siap menikah? Atau justru kita mengira sudah siap menikah dan berumah tangga, tapi tak sadar bahwa itu adalah red flag?
Apalagi, angka kegagalan perkawinan atau perceraian juga terus bertambah. Menurut data BPS pada 2021, ada 447.743 kasus perceraian di Indonesia. Angka itu naik 53 persen dibanding 2020 yang sebesar 291.677 kasus. Ini pun baru kasus di masyarakat muslim.
Seorang terapis perkawinan dan pendiri lembaga konseling pranikah, Elizabeth Earnshaw, menjabarkan beberapa hal yang bisa jadi tanda bahwa kita dan pasangan memang belum siap berumah tangga.
Biasanya, kata Earnshaw, hubungan pernikahan yang kandas karena diawali dengan tindakan yang terburu-buru dan tertutup gelora asmara semata.
"Selama fase honeymoon, pasangan sering terpengaruh dengan banyak hormon cinta. Hormon-hormon ini membuat orang lebih memilih melihat yang bagus saja, dan membuang yang buruk," kata Earnshaw, dikutip dari Mind Body Green.
Menurut Earnshaw, fase honeymoon biasanya berlangsung sekitar tiga bulan hingga setahun, dan biasanya ditandai dengan gairah, emosi intens, dan kegilaan.
Berikut 9 tanda red flag yang bisa jadi menunjukkan Anda dan pasangan belum siap menikah.
1. Kurang waktu mengenal satu sama lain
Earnshaw percaya bahwa waktu ideal dalam menilai apakah pasangan kita sungguh "the one" adalah kurang lebih setahun, mengingat fase "honeymoon" berlangsung beberapa bulan hingga setahun.
Menurut Earnshaw, waktu kenal yang lebih panjang memungkinkan masing-masing pasangan untuk menunjukkan lebih banyak dan lebih jujur soal diri mereka ke pasangannya, mulai dari kerentanan, hingga 'sifat asli' mereka.
Meski begitu perlu diingat, tak ada yang sepenuhnya bisa menjamin pasangan yang sudah berpacaran lama akan langgeng dalam perkawinan, ataupun yang menikah kilat terancam berujung perceraian.
2. Terlalu bergairah
Alasan mengapa fase honeymoon sebaiknya dihindari dalam mengajukan lamaran ke pasangan adalah karena pengaruh hormon di otak pada masa-masa awal berpasangan.
Salah satu tanda otak sangat dipengaruhi oleh hormon pada fase ini adalah terlalu bergairah akan pasangan dan merasa dirinya adalah "masa depan" tanpa berpikir panjang.
"Emosi di fase ini seringkali menurunkan kemampuan otak untuk berpikir rasional," kata terapis perkawinan, Linda Carroll, dikutip dari Mind Body Green.
"Penelitian menunjukkan fase pertama ini ditandai dengan perubahan biokimia di otak, sebuah hormon menyenangkan yang memicu dan menjaga kondisi mabuk kepayang, mirip dopamin, oksitosin, dan endorfin," katanya.
"Gelora dalam otak ini seringkali membuat kita menjadi 'kecanduan' pada pasangan kita dan mengabaikan ketidakmampuannya, tanda bahaya, atau masalah lain pada dirinya," lanjut Carroll.
3. Belum bertemu pihak-pihak penting di hidupnya
Terapis perkawinan lainnya, Beverly Andre, menyebut sebuah red flag bahwa kalian belum siap ke arah serius adalah ketika belum saling mengenalkan orang-orang penting dalam hidup ke masing-masing pasangan.
"Bila Anda belum bertemu keluarganya, teman, dan orang penting lainnya dalam hidup mereka, pernikahan adalah hal yang terlalu dini," kata Andre.
Apalagi bagi masyarakat Indonesia, penilaian dari keluarga dan orang terdekat bisa sangat memengaruhi kelangsungan hubungan ke jenjang yang lebih serius.
Lanjut ke sebelah..