Rangkaian prosesi pernikahan Kaesang Pangarep dan Erina Gudono dimulai pada hari ini, Kamis (8/12). Rangkaian dimulai dengan agenda semaan atau pengajian di kediaman Erina di Solo, Jawa Tengah.
Keseluruhan rangkaian prosesi pernikahan keduanya mengusung konsep Jawa. Bagaimana sebenarnya rangkaian pernikahan adat Jawa?
Dalam prosesi pernikahan Jawa, seluruh kegiatan memiliki makna dan filosofinya bagi calon mempelai pengantin. Pernikahan adat Jawa sendiri dikenal memiliki banyak prosesi. Mulai dari siraman, seserahan, midodareni dan panggih, berikut daftar prosesi pernikahan adat Jawa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengajian biasa dilakukan oleh keluarga yang beragama Islam. Biasanya, dalam pengajian, pengantin akan memohon doa restu orang tua. Prosesi ini pun akan dilakukan dua hari sebelum pernikahan Kaesang-Erina.
Setelah pengajian, upacara akan berlanjut ke pemasangan tarub, bleketepe, dan tuwuhan. Tarub diartikan sebagai peneduh di halaman rumah berhias janur.
Sementara bleketepe merupakan anyaman yang terbuat dari daun kelapa tua. Bleketepe jadi simbol penyucian diri.
Sementara tuwuhan berarti hasil pertanian yang dipasang dan disusun seperti pagar. Tuwuhan biasanya terdiri dari pisang raja, aneka dedaunan, dan janur.
Siraman memiliki makna penyucian fisik dan batin dari masing-masing calon mempelai. Siraman harus dilakukan oleh orang tua dari calon mempelai atau orang yang dituakan dalam keluarga masing-masing. Proses dimulai dari orang tua kandung hingga tujuh sepuh di atasnya.
Siraman dilakukan secara terpisah, baik di kediaman calon mempelai wanita dan calon mempelai pria.
[foto]
Prosesi bopongan dilakukan oleh kedua orang tua calon pengantin. Lewai prosesi ini, kedua orang tua menggambarkan rasa sayang dan kerelaan mereka untuk melepas anak-anaknya yang akan menikah.
Bopongan biasanya dilakukan setelah prosesi siraman usai. Bopongan dilakukan oleh seorang ayah yang menggendong putrinya atau calon mempelai wanita menuju kamar.
Dalam prosesi siraman, ada pula tradisi dodol dawet atau berjualan dawet. Namun, berjualan di sini tak menggunakan uang sesungguhnya, melainkan dengan kreweng atau koin yang terbuat dari tanah liat sebagai alat tukar.
Ritual ini mengandung harapan agar upacara pernikahan akan dikunjungi banyak tamu atau laris manis seperti dawet yang terjual.
Simak rangkaian prosesi pernikahan adat Jawa lainnya di halaman berikutnya..