Hanya saja, berpuasa dengan total selama lima hari mungkin bukan cara yang paling efektif untuk mendapatkan hasil yang positif terhadap penuaan. Puasa jenis ini biasa dikenal dengan istilah puasa intermiten.
Studi pada tikus menemukan bahwa cukup dengan mengurangi asupan makanan atau makan dalam jangka waktu singkat juga bisa memberikan manfaat.
Namun demikian, hasil studi masih terbatas pada tikus. Dampak puasa intermiten dengan proses penuaan pada manusia sendiri masih merupakan hal yang sangat baru.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Secara umum Anda akan memprediksi bahwa mengurangi jumlah makanan memiliki efek menguntungkan bagi kesehatan. Tapi, bagaimana tepatnya itu dicapai dan apakah itu bisa tercapai melalui penghilangan sel zombie sendiri masih sulit dipastikan, karena puasa memiliki banyak efek," ucapnya.
Lihat Juga : |
Dalam hal berpuasa sendiri, makanan tertentu yang harus dikurangi dan durasi berpuasa yang efektif untuk menghentikan penuaan masih menjadi perdebatan.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam The Journal of Allergy and Clinical Immunology menemukan bahwa berbagai bentuk pembatasan diet berpotensi memperlambat imunosesensi atau efek penuaan pada sistem kekebalan tubuh pada tikus.
Berpuasa di sini termasuk hanya mengonsumsi air selama 48 jam atau menjalani diet rendah protein, rendah gula, tinggi lemak, rendah kalori selama 2-5 hari antara periode yang lebih lama dengan pola makan standar.
Meski sejumlah studi mencoba menjawab perdebatan tersebut, namun para ahli tetap sepakat bahwa jalan menuju umur panjang yang terbaik adalah dengan pola makan sehat, berolahraga teratur, tidur nyenyak setiap malam, dan menghindari stres.