Sepenggal Kisah dari Kota yang Pernah Dianggap Aib Negara
Lokasi di Piazza Vittorio Veneto di Kota Matera, di selatan Italia membuat seorang insinyur sipil asal Italia, Antonio Nicoletti, teringat kejadian mengejutkan ketika dia berusia 17 tahun. Kala itu, salah satu hamparan bunga di sekitar Piazza tiba-tiba runtuh ke dalam tanah.
Nicoletti kini berprofesi sebagai perencana kota dan direktur Dewan Pariwisata Basilicata. Kejadian runtuhnya hamparan bunga membuat para petugas lingkungan kota itu melihat apa yang terjadi di dalam tanah.
Mereka menyelam ke dalam air yang ada di bawah reruntuhan itu, ada juga yang membawa perahu karet untuk menjelajahi perairan di bawah tanah demi mengetahui apa sebenarnya yang terjadi.
Ternyata petak hamparan bunga itu dibangun di atas sebuah waduk raksasa yang berdekatan dengan distrik Sassi kuno, sebuah distrik dekat gua tua Matera. Distrik Sassi di Matera dihuni penduduk sejak sekitar 850 Masehi, distrik Sassi juga sempat dikenal sebagai "vergogna nazionale" atau aib negara.
Seperti dilansir BBC, penyematan sebutan aib negara diberikan pemerintah Italia pada awal 1950-an, ketika diketahui bahwa penduduknya hidup dalam kemelaratan, tanpa akses yang layak ke air bersih, listrik, penyakit atau saluran pembuangan. Distrik Sassi di Matera pun dievakuasi dan 20 ribu penduduk pindah ke gedung apartemen yang baru dibangun di pinggiran kota modern.
Penemuan kembali waduk itu mengejutkan banyak orang, baik di dalam maupun di luar Italia. Namun, bagi banyak Materani, mereka yang dibesarkan di distrik Sassi dan keturunan mereka, itu hanya memperkuat apa yang sudah mereka ketahui: Matera bukanlah tempat terbelakang.
Sebelum kejatuhannya yang tragis karena kemiskinan, kepadatan penduduk dan penyakit yang meluas, Matera telah menjadi komunitas yang sukses dan maju dengan sistem pengumpulan dan kanalisasi air hujan bawah tanah yang mengesankan.
Sejak abad ke-9, distrik Sassi adalah rumah bagi komunitas pemilik tanah, pengrajin, dan pedagang yang terjalin erat, dan, kemudian, petani serta penggembala, yang telah beradaptasi dengan kehidupan di lingkungan yang sebagian besar tandus dan berbatu.