Jakarta, CNN Indonesia --
Perjalanan ke Afrika Selatan (Afsel) barangkali akan menjadi pengalaman yang sulit dilupakan oleh Firsta Yunida, seorang travel blogger asal Indonesia. Dia mengunjungi Afsel pada pertengahan Januari 2022 bersama sang suami.
Tak tanggung-tanggung, dia berada di Afsel selama satu setengah bulan. Menurut Firsta, begitu lah gaya traveling yang dianut ia dan suami, jarang hanya sebentar untuk menetap di suatu tempat.
"Saya sama suami memang gaya traveling yang bisa lama gitu di suatu tempat. Jarang kaya yang cuma dua hari di sini, dua hari di sana, biasanya paling enggak seminggu atau dua minggu di suatu tempat," tutur Firsta kepada CNNIndonesia.com.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Afsel, Firsta mengunjungi sejumlah kota, termasuk Cape Town dan Johannesburg, dua kota terbesar di negara tersebut. Namun, ia mengaku jatuh hati pada Cape Town, karena kecantikannya.
"Menurut saya Cape Town, kotanya cantik banget, karena kota ini di depannya langsung laut lepas begitu, kemudian di belakangnya ada Table Mountain, jadi secara setting, itu salah satu kota yang paling cantik," ucapnya.
Bahkan sempat tebersit di benaknya untuk tinggal di Cape Town, tapi ia urungkan karena ingat dengan tingkat kriminalitas di Afrika Selatan yang tergolong tinggi.
"Cape Town cantik banget. Saya sendiri kalau jalan-jalan lebih suka nature, jadi wisata alam, di Cape Town itu banyak banget. Kaya lokasi trekking pendek atau hiking opportunity di sekitar kotanya. Menyenangkan," katanya.
Di Cape Town juga ada weekend pop up market yang menawarkan berbagai barang, termasuk makanan, minuman, hingga barang-barang kerajinan. Keberadaan pasar-pasar itu membuat Firsta semakin betah di Cape Town.
[Gambas:Instagram]
Ada tempat bernama Victoria and Alfred Waterfront, yang lokasinya di ujung Cape Town, di mana pengunjung dapat melihat langsung pemandangan Samudra Atlantik yang sangat bagus. Ada sunset tur yang juga bisa diambil.
Sebuah film berjudul Penguin Town yang tayang di Netflix juga membuat Firsta penasaran dengan Afsel dan wilayah-wilayah di dalamnya. Film itu memperlihatkan kehidupan penguin di Simon's Town, daerah yang lokasinya tidak jauh dari Cape Town.
"Penguinnya jadi berkeliaran di mana-mana. Pemerintah di sana sebenarnya sudah berusaha agar penguinnya enggak keluar area dengan diberi pagar, tapi bagaimana, penguinnya bisa lewat air," katanya.
"Jadi orang-orang kalau misalnya pagi-pagi banget atau malam-malam begitu, kita bisa melihat penguin-penguin lagi menyeberang jalan atau lagi di parkiran, lucu aja lihatnya," tambahnya.
Ketika berkunjung ke Simon's Town, ia sengaja menginap selama seminggu, karena suka dengan penguinnya. Dia juga penasaran pengin tahu nama-nama keluarga penguin di sana, karena dari film itu, dijelaskan jenis-jenis penguin dan asal keluarganya.
"Jadi, kalau pas lihat penguinnya, saya menebak-nebak ini dari family apa, dan juga lihat spot-spot yang banyak penguinnya," ujar Firsta.
Afsel bukan satu-satunya negara benua Afrika yang pernah dikunjungi Firsta. Sebelumnya, ia pernah traveling ke Tanzania, Malawi, Kenya, Ethiopia, dan Mesir. Ia juga pernah punya pengalaman lucu di Malawi, di mana banyak warga lokal mengira dia dari China.
 Koloni penguin di Afrika Selatan. (REUTERS/Esa Alexander) |
Hal tersebut terjadi karena tak banyak referensi dari orang Malawi tentang orang Asia, sehingga setiap orang Asia yang datang ke negara mereka dikira berasal dari China, padahal orang Asia juga banyak yang berkulit cokelat.
"Saya pernah punya pengalaman lucu di Malawi, jadi di Malawi itu, banyak banget pekerja yang orang kulit putih atau kaukasian itu, tapi jarang banget yang kulit cokelat kaya dari Indonesia, jadi pas lihat saya, mereka menyangka saya Chinese. Jadi pasti kalau papasan di jalan mereka negur saya, 'Ni Hao' (sapaan dalam bahasa Mandarin)," katanya bercerita.