Sebuah film berjudul Penguin Town yang tayang di Netflix juga membuat Firsta penasaran dengan Afsel dan wilayah-wilayah di dalamnya. Film itu memperlihatkan kehidupan penguin di Simon's Town, daerah yang lokasinya tidak jauh dari Cape Town.
"Penguinnya jadi berkeliaran di mana-mana. Pemerintah di sana sebenarnya sudah berusaha agar penguinnya enggak keluar area dengan diberi pagar, tapi bagaimana, penguinnya bisa lewat air," katanya.
"Jadi orang-orang kalau misalnya pagi-pagi banget atau malam-malam begitu, kita bisa melihat penguin-penguin lagi menyeberang jalan atau lagi di parkiran, lucu aja lihatnya," tambahnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika berkunjung ke Simon's Town, ia sengaja menginap selama seminggu, karena suka dengan penguinnya. Dia juga penasaran pengin tahu nama-nama keluarga penguin di sana, karena dari film itu, dijelaskan jenis-jenis penguin dan asal keluarganya.
"Jadi, kalau pas lihat penguinnya, saya menebak-nebak ini dari family apa, dan juga lihat spot-spot yang banyak penguinnya," ujar Firsta.
Afsel bukan satu-satunya negara benua Afrika yang pernah dikunjungi Firsta. Sebelumnya, ia pernah traveling ke Tanzania, Malawi, Kenya, Ethiopia, dan Mesir. Ia juga pernah punya pengalaman lucu di Malawi, di mana banyak warga lokal mengira dia dari China.
![]() |
Hal tersebut terjadi karena tak banyak referensi dari orang Malawi tentang orang Asia, sehingga setiap orang Asia yang datang ke negara mereka dikira berasal dari China, padahal orang Asia juga banyak yang berkulit cokelat.
"Saya pernah punya pengalaman lucu di Malawi, jadi di Malawi itu, banyak banget pekerja yang orang kulit putih atau kaukasian itu, tapi jarang banget yang kulit cokelat kaya dari Indonesia, jadi pas lihat saya, mereka menyangka saya Chinese. Jadi pasti kalau papasan di jalan mereka negur saya, 'Ni Hao' (sapaan dalam bahasa Mandarin)," katanya bercerita.
(wiw)